Buah Hati Syahronih Kembali Ceria Menjalani Hidup

Syahroni penerima manfaat LPM Dompet Dhuafa bersama keluarga

Setelh mendengar bahwa buah hatinya divonis oleh dokter mengalami gangguan pendengaran. Syahronih (53), pria paruh baya yang sehari-harinya bekerja serabutan ini merasakan kesedihan mendalam. Anak sulungnya, Nur Hasanah (12), harus menggunakan alat bantu pendengaran.“Uang dari mana saya buat beli alat itu (alat pendengaran)? Untuk makan sehari-hari aja terkadang saya susah,” ujarnya.

Meski demikian, pantang baginya untuk menyerah dalam menjalani hidup, meski keterbatasan ekonomi bertahun-tahun mendera keluarga kecilnya. Ronih, demikian sapaan akrabnya sehari-hari, terus berjuang, melawan nasib buruk yang seolah-olah menjadi sahabat setianya.Tinggal mengontrak di sekitar pinggir rel di jalan melati, gang SMK Baabus Salam, RT 02/ 04, Tanah Tinggi, Tangerang, Banten, selama bertahun-tahun, juga menjadi cobaan hidup yang harus dijalaninya dengan sabar.

Kesulitan ekonomi yang dihadapi membuatnya bekerja keras mulai pagi hingga tengah malam. Berbagai macam pekerjaan dilakoninya, mulai dari sopir tembak, kuli bangunan, kuli panggul pasar, dan lain sebagainya. Penghasilan yang diterimanya tentu tidaklah menentu. Dalam sehari, Ronih memperoleh sekitar Rp 85.000 bila mendapatkan banyak permintaan kerja. Sebaliknya, jika sedikit permintaan, biasanya ia hanya meraih Rp 35.000.

“Ini kan tanggungjawab kepala keluarga, jadi harus dilakukan dengan ikhlas, jangan banyak ngeluh,” ucapnya.

Kini, kesembuhan sang anak menjadi hal utama baginya dan keluarga. Roni menceritakan, sebelumnya Nur Hasanah hanya mengalami panas hebat dan langsung berobat ke Puskesmas hingga tiga kali. Karena tidak kunjung sembuh, Ronih akhirnya mengantar sang anak, untuk di rujuk ke RSUD Tangerang, hingga sang anak dinyatakan mengalami gangguan pada telinga, yang mengharuskan memakai alat bantu pendengaran. Tidak hanya itu, kini Nur Hasanah, yang tengah duduk di bangku sekolah dasar ini harus istirahat selama setahun dan belum bisa kembali bersekolah.

Harga alat bantu pendengaran yang begitu mahal, semakin membuat hati Ronih dan sang istri risau. Usaha demi usaha ia lakukan seperti meminjam uang dengan kerabat terdekat dan tetangga. Namun, apa yang dilakukannya tidaklah membuahkan hasil.

Hingga suatu ketika, seorang kerabat memberikan informasi mengenai Dompet Dhuafa. Sang kerabat menganjurkan Ronih untuk berkunjung ke Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, untuk menceritakan permasalahan yang tengah dihadapi.

Akhirnya, ronih bersama sang istri mengikuti saran kerabatnya. Alhamdulillah setelah mendengar cerita dan meninjau langsung tempat tinggal dan sang anak Nur Hasanah, LPM Dompet Dhuafa membantu Ronih membelikan sepasang alat bantu dengar untuk sang anak. Serta membantu Nur Hasanah untuk mendaftarkan diri masuk SMP.

Alhamdulillah, berkat bantuan yang diberikan Dompet Dhuafa, Ronih dan keluarga merasa bersyukur sekali. Kini, secercah harapan bagi Nur Hasanah untuk bisa beraktivitas kembali ke dunia pendidikan semakin nyata. (Uyang)