Catatan Pendamping Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Kulonprogo

Oleh: Widi Hartanto, Pendamping Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa di Kulonprogo

Program Klaster mandiri Dompet Dhuafa dilaksanakan di wilayah Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo yang juga menjadi tempat tinggal saya. Hal ini sangat mempermudah saya untuk penguasaan wilayah karena saya paham betul tentang kondisi geografis, sosiologis, adat budaya serta kondisi ekonomi masyarakat. Para pemangku kepentingan mulai dari level dusun sampai kabupaten sebagian sudah saya kenal, hal ini tentu juga mempermudah jalinan koordinasi.

Karena kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat itu bertumpu pada perubahan mindset (pola pikir) masyarakat dampingan atas kondisi perekonomian yang mereka alami, maka ini tidaklah mudah meskipun berada di lingkungan tempat tinggal sendiri. Desa Kalirejo yang merupakan desa utama dampingan karena kurang lebih 50% warganya berada di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar berpendidikan rendah. Hal ini menjadi tantangan bagi kegiatan pemberdayaan.

Tantangan yang paling besar dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan adalah pola pikir masyarakat yang tidak mau berubah, sulit menerima hal-hal yang baru, malas untuk berpikir yang agak rumit dan berat, tidak mau diajak untuk berinovasi, mereka lebih cenderung nrimo ing pandum (menerima takdir dari Tuhan).

Strategi yang saya jalankan untuk menghadapi itu semua adalah berusaha membuat masyarakat merasa senang dulu dengan keberadaan pendamping. Fasilitasi apa yang mereka inginkan meskipun itu bukan merupakan kebutuhan mereka. Karena kata kunci keberhasilan dari seorang pendamping adalah pendamping menyatu dengan masyarakat dan masyarakat sudah merasa butuh dengan keberadaan pendamping. Nah, jika kondisi sudah demikian maka transformasi ilmu, transformasi nilai yang kita sampaikan pada masyarakat akan lebih mudah dan mengena.

Strategi yang lain adalah dengan membuat pembanding atau melakukan kegiatan pendampingan yang hampir serupa di wilayah lain. Tentu saja dengan masyarakat yang memiliki jiwa dan karakter kewirausahaan yang lebih tinggi dan lebih baik. Hal ini saya coba dengan melaksanakan pendampingan di Desa Hargorejo yang secara geografis bersebelahan dengan Desa Kalirejo.

Masyarakat Hargorejo mempunyai semangat kerwirausahaan yang lebih tinggi dibanding masyarakat Kalirejo. Keberhasilan pendampingan yang dijalankan di desa Hargorejo ternyata mampu memacu masyarakat Desa Kalirejo untuk bangkit, bahwa kegagalan usaha yang selama ini mereka rasakan bermula dari diri sendiri, semangat yang masih lemah, malas untuk berubah dan tidak mampu melihat peluang. Selain itu untuk memacu semangat masyarakat dampingan yang ada di Desa Kalirejo, maka harus ada contoh nyata, paling tidak satu kelompok yang berhasil karena ini akan menjadi acuan kelompok usaha yang lain.

Hal yang paling rentan terjadi dalam sebuah kelompok usaha dan menjadi penyebab kegagalan usaha maupun kelompok adalah konflik pribadi, konflik internal dan konflik antarkelompok. Di sini pendamping harus mampu berdiri pada posisi netral, pendamping harus mampu memberikan solusi tanpa menggurui. Dalam penyelesaian konfik tidak boleh menimbulkan dikotomi menang kalah dan benar salah, karena dalam kegiatan pemberdayaan yang ada hanyalah belajar, belajar dan belajar.

Saya selalu mempunyai impian bahwa masyarakat yang saya dampingi dapat tetap menjaga keutuhan kelompok, tetap menjaga silaturahmi antarmitra dan antarkelompok, karena ini menjadi kunci dari keberhasilan usaha. Masyarakat yang egois, masyarakat yang individualis sesungguhnya adalah masyarakat yang rapuh meskipun mereka kuat secara ekonomi. Ide, gagasan, dan kreatifitas usaha baru akan selalu muncul ketika masyarakat dampingan masih bisa menjaga kekompakan dan tali silaturhami.

Setelah program pemberdayaan masyarakat selesai, bukan berarti aktivitas pemberdayaan berhenti. Sampai saat ini saya masih mendampingi masyarakat meski sudah tak seintensif dulu. Saya masih terjun langsung ketika mitra maupun kelompok menghadapi kendala dan persoalan dan itu semua tanpa ada yang menggaji. Bagi saya itu adalah bagian dari ibadah dan tanggung jawab moral, dan saya mempunyai pandangan bahwa Allah akan memudahkan segala urusan saya, ketika saya juga memudahkan urusan orang lain. Semoga. Aamiin.