Cegah Fenomena Hepatitis Meluas, Dompet Dhuafa Gelar Webinar Update Penyakit Hepatitis Virus Akut pada Anak

JAKARTA — Baru-baru ini penyakit Hepatitis misterius atau akut yang belum diketahui penyebabnya menyerang anak-anak di dunia. Menurut data WHO secara global per 1 Mei, setidaknya ada 228 kasus probable yang dilaporkan dari 20 negara, lebih dari 50 kasus yang masih dalam penelitian.

Secara global kasus Hepatitis akut terbanyak terjadi di Inggris, yakni sebanyak 115 kasus. Selain itu, kasus ini juga terjadi di Italia, Spanyol dan Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri kasus Hepatitis ini menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyerang sebanyak 15 anak.

Dalam upaya menyebarkan informasi dan edukasi kepada masyarakat, Dompet Dhuafa melalui Divisi Kesehatan mengadakan webinar dan diskusi kesehatan. Mengangkat tema Penyakit Hepatitis Virus Akut pada Anak beserta Pencegahan dan Penanganannya, Dompet Dhuafa membuka wadah untuk diskusi serta dalam rangka update informasi mengenai kejadian Hepatitis misterius atau akut kali ini.

Webinar yang digelar hari Rabu, 12 Mei 2022 ini dihadiri oleh Sifing Lestari selaku Senior Officer Promosi Kesehatan Dompet Dhuafa, dr. Hani Purnamasari, Sp.A yang merupakan super volunteer Dompet Dhuafa dan bertindak sebagai moderator acara kemudian Dr. Ade Rachmat Yudianto, Sp.A(K), M.Ked(Ped) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai narasumber yang akan memberikan informasi seputar fenomena penyakit Hepatitis yang terjadi di Indonesia.

Dalam sambutannya, Sifing Lestari menjelaskan Dompet Dhuafa melakukan inisiasi untuk memberikan promosi dan mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dalam mengenai Hepatitis.

“Pengetahuan, komitmen dan disiplin masyarakat dalam melakukan protokol kesehatan itu merupakan salah satu kunci keberhasilan pengendalian Covid-19, sehingga kita belajar dari situ maka Dompet Dhuafa pada hari ini menginisiasi satu upaya promosi dalam mengajak masyarakat untuk mengenal lebih jauh tentang potensi pandemi hepatitis akut ini melalui para narasumber dan moderator pada pagi hari ini. Harapannya tentu saja ke depan kita bisa bersama-sama menjadi salah satu aktor atau agen untuk mencegah penyebaran penyakit ini lebih luas lagi,” ujar Lestari.

Selain itu, menurut dr. Hani Purnamasari di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi, kita masuk lagi dalam kepanikan berita mengenai Hepatitis misterius yang belum diketahui penyebabnya. “Kita tengah pandemi yang berharapnya sudah akan lewat ya, meskipun masih ada beberapa kasus, tapi ternyata masih dalam kepanikan pandemi ini, kita dengar lagi berita baru tentang Hepatitis misterius yang belum diketahui penyebabnya,” tutur dr. Hani.

Kemudian, dalam pemaparannya Dr. Ade Rachmat Yudiyanto menjelaskan runtutan isu mengenai penyakit Hepatitis yang bermula pada bulan Oktober 2021 sampai dengan 3 Mei 2022. “Awal mulanya isu ini ternyata disampaikan oleh rekan-rekan dokter yang ada di Alabama, ada 5 kasus anak dengan Hepatitis berat pada Oktober-November 2021. Hepatitis berat ini diduga berhubungan dengan virus yang lain. Kemudian pada 5 April, UK juga melaporkan hal yang sama, sehingga pada 8 April ada 3negara lain melaporkan kasus serupa sehingga pada 15 April 2022, WHO mengatakan ada suatu KLB (Kejadian Luar Biasa) terhadap kasus-kasus yang dilaporkan di awal tadi,” papar Dr. Ade.

“Ketika ada laporan KLB, maka terkumpullah data satu minggu kemudian dari 12 negara ada 170 kasus dan khususnya di Indonesia ternyata laporan pada tanggal 16-30 April 2022 terdapat suatu kasus yang memang diduga kearah kasus yang disebutkan oleh WHO tadi, pada 1 Mei 2022 ada 228 kasus probable, 50 kasus dalam investigasi di setidaknya 20 negara dan 3 Mei 2022 163 total kasus di UK, 72% ditemukan Adenovirus,” lanjut Dr. Ade.

Selanjutnya, Dr. Ade juga menerangkan cara pencegahan hepatitis akut yang bisa melalui saluran cerna dan saluran nafas pada anak. “Pada saluran cerna bisa dicegah dengan cara rutin mencuci tangan dengan sabun, pastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan dengan orang lain, hindari kontak dengan orang sakit, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, kemudian untuk saluran nafas bisa dengan cara mengurangi mobilitas, menggunakan masker jika bepergian, menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari keramaian serta kerumunan,” terang Dr. Ade. (Dompet Dhuafa / PM)