Cerita Radit, Shoecial Movement Kembalikan Tawa Anak Cianjur

CIANJUR, JAWA BARAT – “Terima kasih kakak, semoga sehat selalu,” ucap Radit (9), saat menerima sepatu sambil tersenyum simpul.

Siang itu sang raja mentari sedang menatap mereka tanpa rasa sungkan, seolah menggambarkan sorak sorai anak-anak yang kini lamat-lamat mulai terdengar di tenda pengungsian. Sabtu (7/1/2022), jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, Dompet Dhuafa bersama tim relawan Disaster Management Center (DMC) mengerahkan 2 unit mobil yang telah dihias dengan sebuah pita besar berwarna hijau.

Sesampainya dua armada Dompet Dhuafa di lokasi pengungsian, Desa Pameungpeuk, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, membuat anak-anak mengalihkan fokusnya kepada kendaraan tersebut. Membuat mereka bertanya-tanya apa isi di dalamnya. Namun, seolah menjawab rasa penasaran, mobil yang telah selesai terparkir itu dihiasi juga dengan poster bergambar sepatu yang bertuliskan Shoecial Movement.

Sebuah mobil yang dihias sebagai kado untuk anak-anak di Cianjur.

Shoecial Movement merupakan gerakan yang diinisiasi Dompet Dhuafa untuk membagikan school kit terutama sepatu kepada anak-anak yang berada di pelosok negeri, khususnya anak-anak penyintas Gempa Cianjur yang saat ini tengah berjuang menuntut ilmu ditengah gempuran rasa takut dan trauma.

Meski panas terik, berkali-kali mereka (anak-anak) menyeka peluh di dahi, tak mengurangi semangat anak-anak hari itu. Sebanyak 125 pasang sepatu dibagikan kepada mereka. Ada yang tersenyum sumringah, ada yang tergelak, ada yang mulai membuka box yang berisi sepatu, tas, buku dan alat tulis dan mulai membandingkan dengan teman sebelahnya, ada juga yang antusias penuh harap menunggu bagiannya. Setelahnya semua tertawa lepas sambil kewalahan membawa box school kit.

Baca juga: Shoecial Movement Dukung Semangat Belajar Anak-Anak Cianjur

Bunga-bunga di taman, bercengkrama riang di bawah terik hangat mentari. Itulah kondisi yang dapat menggambarkan kebahagiaan mereka. Salah satunya Radit, bocah yang kini tengah duduk di bangku kelas 3 itu.

“Seneng, dapet buku, tas, dapet sepatu, dapet patlot (pensil), pulpen dan penghapus,” celoteh Radit sambil menerangkah isi box yang ia dapatkan.

Bercerita kepada Dompet Dhuafa, Radit mengatakan merasa kaget sekaligus takut ketika gempa terjadi, saat itu ia yang sedang bermain dengan teman yang lain, bingung harus menyelamatkan diri kemana.

Pas ada Gempa Radit lagi main masak-masakan, terus kaget lari-lari ke atas, ketemu orang lain, ayah lagi kerja, mama di rumah, lagi main tiba- tiba gempa,” 

Ya, duka itu belum reda masih membekas di pelupuk mata, seakan tatapan itu menggambarkan ketakutan yang tak kunjung sirna.

Takut, tapi sekarang engga, seneng dapet sepatu,” sambung Radit.

Setelah insiden 21 November 2022 lalu, yang telah memporakporandakan dusun, sekolah, hingga tempat mereka bersinggah. Radit juga menceritakan aktivitasnya pasca gempa bumi,  bersekolah tanpa sepatu, tas dan seragam yang kurang memadai. Proses kegiatan belajar mengajar selama ini dilakukan di tenda pengungsian.

“Tas sama sepatu ketutupan (reruntuhan), jadi pake sendal ke sekolahnya. Sepatu mau dipakai ke sekolah, pas udah gempa Radit sekolah di tenda. Belajar bareng-bareng sama teman-teman,” terang Radit.

#IniTentangKita, Dompet Dhuafa mengajak kita semua untuk bergandeng tangan dan ringankan beban, kembalikan senyum mereka seperti sedia kala melalui: https://donasi.dompetdhuafa.org/sepatuuntukcianjur/