Dapatkan Label Halal, Kisah Panjang Keripik Kacang Koro yang Subur Saat Kemarau

WONOGIRI — “Kalau Koro itu lebatnya malah kalau kemarau seperti ini. Saat semua tanaman tak bisa tumbuh, Koro malah bisa dipetik,” terang Sumarsih, salah satu anggota UBK Mugi Lancar menjelaskan jenis tanaman bernama Koro. Sebuah varietes kacang-kacangan yang sama sekali tidak pernah diperhitungkan sebelumnya di wilayah tersebut.

“Wah, menarik sekali bu, packagingnya juga sudah menarik,” sahut petugas dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI Yogyakarta, mendengar pemaparan dari Sumarsih. Petugas tersebut terlihat takjub melihat rumah produksi sederhana yang menghasilkan produk berkualitas.

“Ini sudah baik bu, bahan yang digunakan juga halal. Tinggal melalui dua tahapan lagi di pusat. Insyaa Allah lolos,” tambahnya.

“Aaaminnnn…,” sahut Sumarsih bersamaan dengan puluhan ibu-ibu Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mugi Lancar yang ikut menyaksikan proses pengkajian produk halal tersebut.

Setahun belakangan, KUB Mugi Lancar sedang gencar-gencarnya melakukan pengembangan olahan kacang koro. Komoditi marjinal di Desa Selopuro, Batuwarno, Wonogiri, telah memberdayakan puluhan ibu untuk produktif di masa kemarau panjang seperti saat ini. Melalaui proses yang lumayan lama, produk keripik kacang koro menjadi komoditi primadona di desa Selopuro, khas dan sulit ditemukan di wilayah lain. Kini keripik kacang koro siap untuk menembus pasar UMKM nasional, dengan label produk halal yang semakin dekat didapat.

KUB Mugi Lancar yang saat itu dibina oleh LSM Gita Pertiwi Solo, merupakan salah satu peserta yang lolos dalam Call for Proposal Dompet Dhuafa 2018. Membawa produk kacang koro, Dompet Dhuafa ikut serta membimbing dan mengembangkan produk unik tersebut selama setahun belakangan atau semenjak KUB tersebut berdiri. Kacang koro yang awalnya dipandang sebelah mata, ternyata menyimpan sisi ekonomi dan pemberdayaan.

“Dulu kacang koro hanya dijual seadanya. Karena juga Cuma tumbuh di pematang sawah,” terang Sumarsih.

Dengan pengolahan lanjutan, produk keripik kacang koro telah menghidupkan pruduktivitas di kalangan ibu-ibu di Desa Selopuro. Sembari mengurus rumah, para ibu bersama mengolah kacang koro. Penghasilan tambahan pun didapatkan, membantu pemasukan keluarga. Terkhusus ketika pertanian sedang paceklik seperti saat ini dan suami sulit mendapatkan penghasilan.

“Kami ucapakan banyak terima kasih kepada Dompet Dhuafa dan LSM Gita Pertiwi Solo, yang telah membimbing kami. Sehingga kami dapat mengembangkan produk kacang koro tersebut,” tambahnya.

Dengan label halal yang sebentar lagi menempel di packaging keripik kacang koro, Sumarsih berharap bisa menambah keberkahan kepada KUB Mugi Lancar.

“Semoga dari halal ini, jadi berkah. Menambah kepercayaan masyarakat terhadap produk kami,” tutup Sumarsih. (Dompet Dhuafa/Zul)