Derita Aneurisme, Kusnoto Tak Patah Arang Jalani Hidup

Sore itu, gerimis hujan disertai angin mengguyur kawasan Banten. Namun, suasana tersebut tak mengurangi semangat tim survey Dompet Dhuafa Banten dalam menebar manfaat,  menuju rumahseseorang di Komplek Kidemang, Unyur, Serang, Banten, yang beberapa hari lalu mengirimkan surat ke kantor Dompet Dhuafa Banten melalui putrinya.

Rumah yang akan dituju merupakan kediaman Kusnoto, seorang lelaki paruh baya yang hidupnya berubah drastis setelah aneurisme (kelainan pembuluh darah otak yang muncul akibat penipisan dan degenerasi dinding pembuluh darah arteri), menyerang pembuluh darah di bagian kepalanya beberapa tahun silam.

Kusnoto termasuk yang beruntung, pecahnya pembuluh darah di bagian kepala tidak sampai merenggut hidup lelaki yang pernah bekerja di salah satu anak perusahaan baja ini. Walau, kini kondisinya tak sembuh sempurna, sebagian tubuhnya lumpuh, Kusnoto tak pernah mengeluh akan kondisi yang dirasakannya tersebut.

Di luar gerimis masih jatuh satu-satu, menyisakan irama di atap genteng rumah sederhanaKusnoto. Ruang yang tidak terlalu besar dan tanpa perabotan mewah. Dalam sesekali tim survey menerawang ke beberapa bagian sudut ruangan yang dihiasi rak berisi penuh buku-buku, satu di antaranya merupakan kitab suci Al-Quran.                                                                                                                                                                                            

“Beginilah kondisi rumah saya. Punten saya di atas, ya. Kaki yang kiri masih belum bisa digerakin masih sakit. Begini jugalah hidup saya sehari-hari, kadang pengen kerja tapi apa daya, buat ngilangin suntuk, buku-buku inilah yang menjadi teman saya,” ujarnya lirih.

Lalu cerita tentang kehidupan keluarganya mengalir dari bapak dua anak ini. Bermula tentang dirinya yang bekerja sebagai karyawan disalah satu perusahaan besar di Cilegon, yang tentunya kehidupan keluarga pada waktu itu bisa dibilang sangat cukup, menyekolahkan anak, bekal hidup sehari-hari, dan kebutuhan lainnya tidak menjadi keluhan kala itu.

Namun, ujian hidup datang menyapa. Pil pahit harus ditelan Kusnoto dan keluarga. Tahun 1995, ia harus dilarikan ke salah satu rumah sakit swasta di Jakarta oleh perusahaan tempat ia bekerja saat itu, pembuluh darah di bagian kepalanya pecah, itu kata dokter yang menanganinya kala itu.

Kepalanya dibelah, dioperasi dengan harapan hidup hanya 30% saja, demikian pula kata dokter, kalaupun selamat, tidak bisa sembuh sempurna seperti sedia kala.

“Alhamdulillah, saya termasuk yang diselamatkan oleh Allah, walau dengan keadaan seperti ini, setengah badan tidak lagi berfungsi. Tapi semangat hidup saya masih sempurna. Masih seratus persen,” lirihnya, namun begitu tegas.

Selamat dari operasi dan menjalani hari-hari menunggu kesembuhan di rumah, cobaan seolah terus datang menderanya. Perusahaan tidak bisa lagi mempekerjakannya. Dari dana pensiun yang diterima, pria yang dikenal pekerja keras ini sadar betul, dirinya tentu tidak akan lagi bisa totalitas dalam bekerja untuk menghidupi keluarga. Maka dari itu ia memutuskan, uang tabungan yang dimiliki digunakan untuk membeli sebuah rumah sedernaha yang kini menjadi harta satu-satunya yang dimiliki.

“Ya… alhamdulillah, dengan uang pensiun itu, kami bisa berteduh di rumah kecil ini,” suaranya berubah serak. Menahan air mata agar tak tumpah.

Kini, sepuluh tahun sudah Kusnoto bersabar dan menjalankan hidup dalam kekurangan. Dua putrinya masih butuh biaya untuk sekolahsi sulung masih belajar di kelas 12 SMA dan adiknya bersekolah dijenjang SMP. Semenjak sakit, tulang punggung keluargapun beralih kepada istrinya.

Semangat itu masih bergelora di dada Kusnoto. Semangat yang dia tularkan kepada kami, kepada kita semua. Semangat yang akhirnya membuat kami memutuskan sosok seperti Kusnoto harus kita bantu, melalui Program Insan Tangguh Dompet Dhuafa Banten.

Program Insan Tangguh yang diluncurkan Dompet Dhuafa Banten beberapa tahun silam memang bertujuan untuk membantu saudara-saudara kita penyandang disabilitas agar tetap produktif. Demikian pula halnya dengan  Kusnoto, bantuan dari donatur yang disalurkan Dompet Dhuafa  akan ia manfaatkan untuk membuka usaha kecil-kecilan di halaman rumahnya.

“Di depan kan ada madrasah, untuk melayani anak-anak jajan, insya Allah saya masih sanggup. Saya akan gunakan bantuan ini untuk buka warung jajanan anak-anak di depan,” katanya sumringah.

Sahabat Dompet Dhuafa yang budiman, mari belajar dari semangat Kusnoto untuk terus berusaha, semampu yang ia bisa, dengan apa yang ia punya. Mari bantu mereka yang butuh uluran tangan kita. Mari tumbuh bersama. (Dompet Dhuafa Banten)

 

Editor: Uyang