Derita Tetanus, Nyawa Balita Rohingya Ini Tak Tertolong

Bayi Sheerera Bibi (3), balita asal Rohingya yang menghembuskan nafas terakhir akibat menderita tetanus dan pengecilan di bagian otak, di RSUD Kota Langsa, Provinsi Aceh. (Foto: Dompet Dhuafa)

Kabar duka datang dari Sheerera Bibi, bocah berusia tiga tahun menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa, Provinsi Aceh. Bayi asal Myanmar itu meninggal dunia akibat luka tetanus di bagian kaki. Selain tetanus, bocah tersebut juga mengidap pengecilan di bagian otaknya.

Bayi malang tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (20/5,  dan dikebumikan di pemakaman umum milik RSUD Langsa, Gampong Sidorjo, Kecamatan Langsa Lama. Kondisi Sheerera yang mengalami kritis sejak Jumat (15/5) tak dapat tertolong karena keadaan yang tidak memungkinkan. Selama berbulan-bulan ia terlunta-lunta di laut dan hidup di negeri orang.

Sheerera adalah bayi etnis Rohingnya yang kini terdampar di Posko Kuala Langsa, Provinsi Aceh Timur. Selain Sheerera, anak-anak pengungsi asal Myanmar tersebut masih membutuhkan bantuan secara materi maupun psikologisnya.

Bermain, belajar, dan bersenang-senang merupakan  hal lumrah yang dibutuhkan oleh anak-anak. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi yang dialami oleh anak-anak etnis Rohingnya yang kini hidup jauh dari negara asalnya.

Selain sheerera, mungkin masih banyak ratusan anak-anak Rohingya lainnya yang bernasib sama. Namun untuk meminimalisir hal tersebut, Dompet Dhuafa, lembaga zakat yang lebih dari 20 tahun bergerak dalam bidang kemanusiaan, turut bersinergi dalam upaya merespon kebutuhan logistik makanan, obat-obatan, serta kebutuhan mendesak lainnya.

 Informasi yang diperoleh Tim Respon Dompet Dhuafa Waspada, para pengungsi Rohingya khususnya anak-anak dan balita sangat membutuhkan asupan gizi yang baik.

“Anak-anak itu secara kasat mata terlihat sehat, tapi banyak dari mereka yang mengalami busung lapar dan kekurangan gizi,” jelas Dede Juliadi saat dihubungi melalui telepon, Kamis (21/5).

Lebih lanjut Dede menjelaskan saat ini kebutuhan makanan untuk orang dewasa sudah cukup terpenuhi, namun makanan untuk bayi dan susu masih kurang untuk disalurkan.

“Tim lebih fokus pada kebutuhan balita dan ibu-ibu karena mereka sangat membutuhkan asupan gizi sedangkan bagi pengungsi pria sudah mencukupi,” ujar Syahrul, Tim Respon DMC Dompet Dhuafa Waspada Sumut, melalui pesan WhatsApp, pada Senin (18/5).

Selain kebutuhan makanan, anak-anak  etnis Rohingnya membutuhkan sarana bermain agar mereka dapat melupakan sejenak masalah yang dihadapinya. “Selain secara materi, mereka (anak-anak) juga sangat membutuhkan bantuan psikologis,” ujar Dede.

Informasi yang diterima dari tim respon Dompet Dhuafa Waspada Sumut, sebanyak 790 orang, terdiri dari 420 warga Bangladesh dan 370 warga Myanmar di antaranya 240 laki-laki, 70 perempuan, dan 63 anak-anak, kini berada di Posko Pengungsian, Kampung Kwala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.

Untuk di wilayah Langsa sendiri, Dompet Dhuafa melalui tim respon Dompet Dhuafa Waspada, telah mendistribusikan bantuan makanan berupa nasi dan air mineral. Tim respon juga bergerak melakukan assessment terkait kebutuhan darurat bagi pengungsi. Selain logistik bahan makanan, kebutuhan medis seperti obat-obatan menjadi kebutuhan utama yang dinantikan. (Gita)

 

Editor: Uyang