Dibantu STF Dompet Dhuafa, Rauf: Habis Gelap Terbitlah Terang

Rauf saat menjajakan dagangan Kerupuk Bangka. (Foto: Dokumentasi Dompet Dhuafa)

Terlahir menjadi seorang tunanetra tidak membuat Rauf (38) menyerah dalam berjuang menjalani hidup. Berjualan di bawah terik panas matahari siang hari rasanya sudah menjadi hal biasa. Dengan memanfaatkan tongkat dan kemampuan indera peraba yang dimilikinya, ia begitu bersemangat, berkeliling di kawasan sekitar Pondok Cabe, Tangerang Selatan, menjajakan Kerupuk Bangka yang menjadi usaha yang ditekuninya selama ini.

Tidak hanya berkeliling, namun jika sudah lelah berjalan, Rauf selalu menunggu dengan setia para pelanggannya di sekitar Perumahan Pondok Cabe. Tidak ada kata mengeluh yang terucap dalam bibir yang sering melafalkan dzikir saat berjuang mencari nafkah untuk keluarganya tercinta.

“Alhamdulillah, saya selalu berusaha menikmati apa yang telah Allah anugerahkan ke saya,” ujar bapak beranak satu ini.

Keterbatasan yang dialami Rauf juga dirasakan sang istri. Namun keterbatasan tersebut, tidak dijadikannya sebagai alasan untuk lemah dalam menghadapi masa depannya. Baginya, keterbatasan fisik yang dialaminya bukan menjadi suatu halangan untuk tetap berpangku tangan apalagi harus meminta-minta belas kasih orang lain.

“Mau hidup layak ya harus berusaha, bukan diam saja dan meratapi nasib,” terangnya.

Sudah 15 tahun lamanya, Rauf bersama sang istri telah menekuni usaha berjualan kerupuk bangka. Pendapatan yang diperolehnya tidak menentu. Dari 100 kerupuk bangka yang dibawanya, terkadang ia mampu menjual sekitar 20 bungkus per hari, dengan harga setiap bungkusnya Rp 3.000.

“Kalo udah terjual 20 bungkus udah lumayan banget, saya bisa bawa pulang Rp 60.000,” ujar Rauf.

Di saat usaha kerupuk bangkanya sedang merintis, kesulitan perlahan-lahan menghadangnya. Rauf menceritakan, beberapa bulan terakhir ini, dagangan kerupuknya masih menumpuk di rumah akibat kurangnya minat masyarakat tehadap Kerupuk Bangka yang dijualnya.

Rauf merasa putus asa dan tak tahu harus berbuat apa-apa. Hingga akhirnya, sang istri menyarankannya untuk meminjam modal usaha, agar usaha kerupuk yang dijalaninya tidak berhenti. Tanpa ragu, akhirnya pria yang tekun dan ulet ini mengikuti saran yang diberikan istri tercinta.

“Alhamdulillah saya coba ke Dompet Dhuafa, dan disarankan ke STF. Di sana saya didata terlebih dahulu,” terangnya.

Melihat kegigihan dan kesabaran yang ditunjukkan Rauf, alhamdulillah Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa memberikan pinjaman modal usaha. Rauf mendapatkan pinjaman pertama sebesar Rp 1.000.000. Dana tersebut, ia gunakan untuk menambah modal usaha kerupuk Bangka dan sisanya digunakan istrinya untuk berjualan aneka macam gorengan.

“Alhamdulillah saya berterima kasih sama Dompet Dhuafa, serasa hidup saya habis gelap terbitlah terang,” ucap Rauf bersyukur. (uyang/gie)