Dibantu Tebus Ijazah, Pemuda Yatim Piatu Ini Kembali Ceria

Sapri (19) penerima manfaat LPM Dompet Dhuafa. (Foto: Dok LPM Dompet Dhuafa)

Nampak raut wajah penuh keceriaan terukir jelas oleh Sapri (19), ketika berujar ingin berjuang mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Meski sejak kecil sudah menyandang status yatim piatu, pemuda yang gemar bermain sepak bola ini, tak pernah merasa minder dan kesepian. Hidup bersama ayah dan 3 saudara angkatnya menjadi karunia tersendiri yang selalu disyukuri olehnya.

Ya, menjadi seorang yatim piatu tentu bukan sebuah pilihan. Jika dibolehkan memilih, tidak seorang pun yang mau menjadi anak yatim piatu. Hidup tanpa sosok seorang ayah dan ibu tentu teramat berat dirasakannya saat ini.

“Sebenarnya kangen juga sama orangtua saya. Cuma biar mereka bisa beristirahat dengan tenang. Saya mau coba lanjutkan hidup dengan keluarga baru,” ujarnya saat tim survey Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) menyambangi kediaman ayah angkatnya di Kampung Setu RT 001 RW 003 Desa.Telajung, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi, pada Februari lalu.

Sapri bercerita, dalam keseharian, ayah angkatnya berprofesi sebagai kuli panggul di pasar. Melihat ayah angkatnya yang begitu bekerja keras membuat Sapri pun ikut membantu sang ayah bekerja. Sebenarnya, besar harapan Sapri untuk bisa mencari pekerjaan yang lebih layak, agar kehidupan ekonominya menjadi lebih baik.

Namun kendala mulai menghampiri pemuda lulusan SMK ini. Lantaran ijazah yang ia idamkan belum bisa ia tebus. Faktor biayalah yang menjadi penghambat mimpi-mimpinya tersebut. Sapri masih memiliki tunggakan sebesar Rp 1,5 juta dengan pihak sekolah.

“Ijazah adalah syarat mutlak untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Saya benar-benar sedih ketika pihak sekolah menahan ijazah saya lantaran nggak ada biaya,” ujarnya bersedih.

Namun dengan kondisi seperti ini, tidak membuat pemuda yang ramah dan santun ini berkecil hati. Meskipun ijazahnya masih ditahan pihak sekolah, namun Sapri terus mengisi hari-harinya membantu sang ayah angkat bekerja, dengan harapan bisa mengumpulkan uang untuk menebus ijazahnya.

“Saya cuma punya harapan, ijazah saya bisa segera bisa saya dapatkan. Karena kalo nggak punya ijazah susah banget pasti cari kerja,” harapnya lirih.

Mendengar kegigihan dan semangat hidup yang luarbiasa yang ditunjukkan Sapri, membuat Dompet Dhuafa melalui Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) berupaya membantu kesulitan yang tengah menimpanya dengan memberikan bantuan menebus ijazahnya yang masih tertahan di sekolah. Mendengar hal tersebut, ia bersama keluarganya merasa bersyukur dan bahagia, harapan dan impiannya selama ini akan terwujud.

“Alhamdulillah saya senang, Dompet Dhuafa membantu menebus ijazah saya, kini harapan saya setelah mendapat ijazah saya mau nglamar kerja supaya bisa perbaiki ekonomi keluarga,” harapnya. (uyang)