Diskusi Publik Di WCD: Mencari Solusi Sampah DKI Jakarta

JAKARTA — Dompet Dhuafa menggelar diskusi publik penanganan sampah pada World Clean Up Day (WCD), Sabtu (21/9/2019) di gedung Cohive 101, Mega Kuningan Jakarta. Dalam acara tersebut, Dompet Dhuafa mengundang KEHATI dan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta untuk turut meninjau dan mencari solusi dari berbagai aspek.

WCD atau Hari Bersih-bersih Sedunia kembali bergulir secara serentak di 157 negara pada 21 September 2019, termasuk Indonesia. Di tahun lalu, 15 September 2018, Indonesia menjadi negara pertama yang memimpin aksi bersih-bersih (cleanup) terbesar di Dunia. Indonesia memecahkan rekor untuk jumlah relawan terbanyak yaitu 7,6 juta relawan dan berhasil mengumpulkan sampah lebih dari 14 ribu ton.

“Tahun lalu (2018) Indonesia berhasil memecahkan rekor dengan jumlah relawan terbanyak yaitu 7,6 juta relawan. Tahun ini WCD Indonesia menargetkan 13 juta relawan turun dalam aksi cleanup di 14 titik di Indonesia. Sekarang tercatat sudah lebih dari 20 juta relawan. Ini sudah jauh melampaui dari target,” terang Ranitya Nurlita, Partnership WCD Indonesia.

Ranitya menyebutkan aksi World Cleanup Day merupakan aksi yang diinisiasi oleh ‘Let’s Do It’, organisasi masyarakat di Estonia pada 2008. Tahun ini, World Cleanup Day Indonesia mengambil tema Cleanup for Peaceful Indonesia, hal tersebut lantaran pada 21 September juga PBB menetapkan sebagai International Day of Peace atau Hari Perdamaian International.

Dalam diskusi tersebut, Riza Lestari Ningsih, Suku DInas Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta, mengatakan sampah DKI Jakarta diprediksi 2 tahun mendatang sudah tidak dapat lagi ditampung oleh TPS Bantargebang, apabila kondisi sampah terus-menerus seperti saat ini. Pada 2018, 110 hektar kapasitas Bantargebang sudah mencapai 80%. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta telah mencanangkan program, guna mengatasi permasalahan sampah tersebut. Provinsi DKI Jakarta melalui Riza Lestari menyampaikan, tiap RW harus membentuk lembaga pengelolaan sampahnya sendiri, untuk me-reduce, mereuse, dan me-recycle sampah-sampah rumah tangga.

“Mengolah sampah organik sebagai kompos, dan anorganik menjadi sesuatu yang valueble. Penyerahannya ke kami hanya sampah residu yang sama sekali belum diketahui cara pengelolaannya,” ujar Riza.

Basuki Rahmad, Manager Program Kelautan Yayasan KEHATI, menyampaikan solusi lain. Menurutnya sampah yang menjadi masalah adalah sampah berbahan plastik. Solusinya adalah dengan mengurangi penggunaannya, mengganti dengan bahan organik, contohnya besek. Membuat piring, mangkok, dan gelas dapat dari pelepah pisang melalui proses pengepresan menggunakan alat tertentu.

“Saya berharap Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta kalau rapat atau acara-acara lainnya, menggunakan besek. Kita jadikan produk-produk organik menjadi hal yang keren. Selain itu, masyarakat di daerah-daerah juga akan terbantu dengan memberdayakan para pengrajin dan melestarikan keariafan lokalnya,” ujar Basuki.

Sebelumnya, Dompet Dhuafa telah memulai gerakan penggunaan besek pada Idul Adha lalu. Distribusi daging kurban Dompet Dhuafa tidak lagi menggunakan plastik sebagai media pembungkus, melainkan berbagai wadah organik sesuai kearifan lokal warga setempat.

“Saya ingin menantang Dompet Dhuafa untuk kita bergerak lebih kongkrit lagi setelah THK kemarin,” tantang Basuki, kepada Dompet Dhuafa.

Bambang Suherman, selaku Direktur Program Dompet Dhuafa menanggapi ide-ide tersebut dengan positif. Dompet Dhuafa sangat antusias dan berjanji akan terlibat lebih jauh lagi untuk menanggulangi masalah sampah di Indonesia, dan mengembangkan solusi-solusi, serta ide kreatif untuk menanganinya. Menurut Bambang, melihat upaya menangani isu lingkungan seperti ini juga dari aspek daerah, bahwa di daerah yang perhatiannya bukan tentang pencemaran lingkungan. Namun kepada pendapatan ekonomi. Jadi, untuk melancarkan program-program seperti yang dicanangkan, harus dapat menghubungkan antara aspek pencemaran lingkungan yang ada di kota dan aspek pendapatan secara ekonomi di daerah.

“Dompet Dhuafa sangat memungkinkan sekali untuk mencoba mewujudkan seperti tantangan Pak Basuki, yaitu menjadikan besek bambu sebagai pengganti plastik. Kita bisa memperkuat lagi kampanye tersebut dengan jaringan volunteer Dompet Dhuafa yang ada di setiap daerah,” terang Bambang. (Dompet Dhuafa/Mutrhohar)

(Dompet Dhuafa/Zul)