Divonis Tumor, Rohidi Siap Jalani Operasi di RST

 

Rohidi (45) pasien Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa, tengah terbaring. Ia didiagnosa dokter menderita tumor dibagian kepala. (Foto: Uyang/Dompet Dhuafa)

PARUNG- Bagaikan hati yang tersayat-sayat ketika pertama kali dokter memvonis Rohidi (45), pasien Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa, mengidap tumor dibagian kepalanya. Seperti tak percaya, namun hal itulah yang kini tengah dirasakan warga asal Ciseeng, Bogor, yang berprofesi sehari-hari sebagai petani ini.

“Kayak disambar petir rasanya, setengah nggak percaya. Cuma ya mau gimana lagi, mengeluh juga percuma. Tinggal ikuti saran dokter aja sekarang,” ujarnya saat ditemui di Ruang Rawat Inap, RST Dompet Dhuafa, pada Selasa (10/3).

Selama menjalani perawatan medis sejak 10 hari yang lalu, Rohidi ditemani Nasih (34), sang istri. Atas kondisi yang dialaminya, sang dokter menyarankannya untuk menjalani operasi pengangkatan tumor. Mendengar saran tersebut, Nasih hanya bisa pasrah dan menerima semua keputusan dokter terhadap suami tercintanya.

“Kalo emang di operasi jalan terbaik, say amah ikuti saja. Yang penting dari suami saya bisa sembuh total seperti sediakala,” ujar Nasih lirih

Nasih menuturkan, sebelumnya ia sempat kebingungan dan ragu untuk melakukan pelayanan medis di sebuah rumah sakit untuk sang suami. Pasalnya, biaya perawatan dan pelayanan medis yang dirasanya begitu tinggi menjadi kendala utama untuk melakukan pengobatan.

Beruntung, di tengah kekhawatirannya tersebut, tetangga dekat rumahnya menyarankannya untuk mendaftarkan diri di Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa. Pelayanan medis tanpa biaya yang ditawarkan RST, membuatnya merasa tertolong dan berharap segera mendapatkan pengobatan.

“Buat berobat di rumah sakit sebetulnya keluarga saya mah jarang. Paling sering berobat di Puskesmas. Alhamdulillah Dompet Dhuafa punya rumah sakit khusus yang nggak mampu, jadi bisa ke sini (RST)” jelasnya.

Ibu 4 orang anak ini menceritakan, semenjak sang suami menjalani perawatan medis, dengan senang hati ia yang menggantikan peran suaminya dalam mencari nafkah. Dengan bekerja serabutan menjadi asisten rumahtangga, upah yang diterimanya mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Anak saya kan 2 orang doang yang sekolah, uangnya buat bantu biaya SPP. Anak pertama putus sekolah, soalnya nggak ada biaya. Kalo yang terakhir mah masih kecil,” terangnya.

Selama menjalani perawatan medis, Nasih hanya berharap sang suami tercinta segera sehat seperti sediakala. Masih banyak yang harus dilakukan sang suami, untuk terus berjuang demi keluarga tercintanya. Dukungan keluarga dan untaian doa yang terus diberikan demi kesembuhan bagi bapak yang dikenal bekerja keras ini. (uyang)