Dompet Dhuafa dan Astra Berdayakan Pengrajin Payung Lukis Juwiring

Payung lukis pernah menjadi primadona di dekade 80an, namun lama-kelamaan mulai tergusur oleh  payung produksi pabrik. Salah satu sentra pembuatan payung lukis yang pernah berjaya adalah Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah. Namun kondisinya kini semakin terpojok, karena jumlah pengrajinnya terus berkurang dan yang masih rata-rata sudah memasuki usia renta.

Mandegnya regenerasi pengrajin payung menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius. Banyak para pengrajin yang sudah meninggal, sedangkan anak mudanya lebih memilih kerja di pabrik dengan hasil yang pasti.

Di tengah ketidakpastian kondisi ini, Dompet Dhuafa  bekerjasama Asuransi Astra Syariah melakukan pemberdayaan pengrajin Payung Lukis. Beberapa waktu lalu, dilaksanakan  launching program Pemberdayaan Pengrajin Payung Lukis di Balai Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.

Launching dihadiri langsung oleh Tedi, Direktur Asuransi Astra Syariah, Imam Rulyawan, Direktur Program Dompet Dhuafa, dan  dari instansi pemerintahan di Kabupaten Klaten.

Pemberdayaan ini sebagai salah upaya yang dilakukan untuk melestarikan payung lukis ditengah-tengah pudarnya peminat profesi ini. Sampai saat ini jumlah pengrajin payung lukis di Juwiring tinggal 11 orang, selainnya sudah beralih profesi.

“Kami menyelenggarakan program usaha pemberdayaan payung lukis. Karena alangkah sayangnya dalam waktu dekat jika kita kehilangan warisan budaya berupa payung lukis. Yang menurut saya ini unik karena hanya sedikit di Indonesia dan di Juwiring makin lama makin sedikit” ungkap Tedi dalam sambutannya.

Dengan Program juga diharapkan mampu mencetak kader-kader baru sebagai penerus estafet kerajinan payung lukis, seperti yang diungkapkan Imam, dalam sambutannya.

“Kita semua berharap program ini mampu mencetak kader-kader baru yang akan melestarikan budaya payung lukis ini,” ujar Imam.

Penerima manfaat program ini sebanyak 25 orang dengan latar belakang usia yang berbeda. Usia termuda adalah 24 dan usia tertua adalah 80 tahun. Selain itu program pemberdayaan ini diharapkan mampu menarik minat masyarakat yang lain untuk kembali menekuni.

Harapan besar program adalah mampu memajukan pengrajin payung lukis di wilayah Juwiring ini, sehingga payung lukis Juwiring mampu bertahan dan berkembang. Untuk mewujudkannya dibutuhkan komitmen bersama dengan masyarakat karena masyarakatlah yang menjadi pelakunya. 

“Kami dari Dompet Dhuafa, Masyarakat Mandiri hanya menjadi pendamping atau fasilitator, program ini tidak ada gunanya kalo bapak dan ibu sebagai penerima manfaat tidak bisa benar-benar menjaga amanah ini,” papar Imam dalam sambutannya. 

Di akhir acara dilakukan penandatanganan komitmen bersama antara donatur, instansi dan perwakilan masyarakat untuk memajukan payung lukis khususnya payung lukis Juwiring. (Masyarakat Mandiri/Slamet)

 

Editor: Uyang