Gerak jalan santai merupakan salah satu rangkaian Hari Disabilitas Internasional (HDI) di Radio Republik Indonesia, Jakarta. Dompet Dhuafa turut mendukung acara tersebut. (Foto: Yogi/Dompet Dhuafa)
JAKARTA—Sebagai lembaga kemanusiaan, Dompet Dhuafa tidak luput memperhatikan kaum disabilitas. Bahkan, mereka didorong untuk berdaya melalui program pemberdayaan disabilitas yang dimiliki Dompet Dhuafa.
Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini saat Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang digelar di kantor Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta, Ahad (30/11). Ahmad menuturkan, dukungan Dompet Dhuafa terhadap kaum disabilitas diwujudkan seperti program Pemberdayaan Ekonomi Disabilitas dan program Pelatihan Kewirausahaan Tunatera Berdaya di Bekasi.
“Pemberdayaan kaum tunatera di Bekasi. Kami punya pelatihan kewirausahaan. Mendampingi usaha mereka. Kami mempunyai tanggung jawab yang lebih besar kepada kaum difabel atau disabilitas,” jelas Ahmad.
Program Pemberdayaan Ekonomi Disabilitas Dompet Dhuafa telah dimulai sejak tahun lalu. Program ini telah mendapatkan mitra dampingan sebanyak 23 orang yang terbagi menjadi 3 kelompok usaha. Sementara itu, program Pelatihan Kewirausahaan Tunatera telah memiliki 27 mitra binaan yang sebagian besar menjalankan usaha panti pijat dan berdagang kerupuk.
Ahmad menilai, proses perhatian terhadap kaum disabilitas harus lebih menyeluruh. Bukan hanya semata-mata memberikan sesuatu yang sifatnya karitas, tetapi juga hingga ke pendampingan, pemberdayaan, bahkan pemenuhan hak-hak kaum disabilitas.
Dompet Dhuafa juga mempunyai pandangan bagaimana mengimplemntasikan kehidupan yang lebih inklusif. Bagaimanapun, kaum disabilitas harus diberlakukan setara karena mereka memiliki hak yang sama.
“Dompet Dhuafa pun terus berusaha agar terwujudnya kehidupan yang lebih inklusif. Suatu kehidupan yang memperlakukan kaum difael atau disabilitas sama atau setara dengan kita,” ujarnya.
Kepedulian terhadap kaum disabilitas juga disampaikan Parni Hadi, salah satu penggerak acara HDI. Parni menuturkan, para penyadang disabilitas sebagian besar masuk kategori dhuafa plus-plus, mereka sudah miskin, memiliki keterbatasan fisik pula.
“Maka wajib hukumnya Dompet Dhuafa yang menolong kaum dhuafa untuk memberi perhatian khusus kepada penyadang disabiliatas. Sebagai sesama manusia dan mahluk Allah kita wajib mencintai penyandang disabilitas dan memperjuangkan hak-hak mereka sehingga mencapai kesetaraan,” ungkap Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa yang juga Ketua Umum IRSI ini.
Penyandang Disabilitas sebagai warga negara, lanjut Parni, memiliki hak yang sama untuk memperoleh kesempatan kerja, kehidupan yang layak dan fasilitas khusus di bidang kesehatan, transportasi, dan kamar kecil dan serta fasilitas umum lainnya
Penyelenggaraan HDI atas kerja sama Ikatan Relawan Sosial Indonesia (IRSI), Radio Republik Indonesia (RRI), Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), dan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dengan Dompet Dhuafa tersebut merupakan momen sosialisasi bagi masyarakat untuk mengubah paradigma soal penyandang disabilitas. Hingga kini masih ada sebagian masyarakat mendeskriminasi para penyandang disabilitas. Padahal, mereka mempunyai hak yang sama sebagai warga negara sebagaimana orang normal. (gie)