Dompet Dhuafa Menginisiasi Petani Kopi di Temanggung

TEMANGGUNG — Temanggung, sebuah kabupaten yang sebagian besar wilayahnya terletak di dataran tinggi dan pegunungan ini menyimpan potensi yang besar. Selain gerabah tanah yang telah dikenal sejak dulu, daerah yang sebagain besar lahannya berada di dataran tinggi dan pegunungan ini juga menyimpan potensi perkebunan.Salah satunya adalah kopi.

Temanggung dikenal sebagai penghasil Kopi Robusta terbaik di Indonesia. Menurut data dari BPJS, sejak 2012 panen Kopi Robusta asal Temanggung mencapai 8.518 Ton. Kopi yang berasal dari Temanggung, banyak dijual untuk pasar domestik dan ekspor. Namun dibalik kesuksesan itu, petani kopi di Temanggung belum sejahtera.

Melalui Pertanian Sehat Indonesia, Dompet Dhuafa menginisiasi Program Petani Berdikari yang menyasar masyarakat kurang mampu dan sulit mendapatkan akses pengembangan komoditas kopi. Anggota yang bersedia mengikrarkan diri menjadi kelompok sebanyak 100 orang yang terbagi dalam 10 kelompok. Masing-masing kelompok kurang lebih beranggotakan 10 kepala keluarga.

Paguyuban Buana Sari merupakan organisasi masyarakat Dusun Kemloko Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, yang dibentuk oleh masyarakat penerima bantuan program Petani Berdikari Dompet Dhuafa. Mereka awalnya menginginkan wadah koperasi, namun dikarenakan suatu hal akhirnya bentuknya Paguyuban. “Tidak apa-apa asal bisa bermanfaat untuk masyarakat,” demikian disampaikan Intichani, Ketua Paguyuban Buana Sari.

Program dimulai tahun 2011 mencakup warga Desa Tempuran. Diharapkan petani mampu mengakses pasar komoditas kopi dengan hasil lebih baik. Program Petani Berdikari Dompet Dhuafa telah mampu mempengaruhi pola masyarakat dalam menangani produk kopi. Mulai perawatan  kebun, panen, hingga penanganan pascapanen. Masyarakat secara intensif menerima pelatihan hingga mampu membangun komunitas melalui mekanisme program. Perangkat pengolahan pasca panen pun diserahkan kepada masyarakat guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kopi.

Kebersamaan petani kopi juga tercermin dengan peningkatan aset yang dimiliki oleh paguyuban. Sebuah gudang, ruang pertemuan dan kios saprotan berhasil didirikan oleh sebagian swadaya masyarakat dan cukup megah untuk ukuran wilayah Kemloko. Peningkatan omzet komoditas kopi mencapai 15% per tahun. Paguyuban Buana Sari ingin berupaya sungguh-sungguh untuk meningkatan pendapat masyarakat. Baik yang berstatus anggota maupun masyarakat yang belum tergabung sebagai anggota. Tidak hanya sampai itu, paguyuban ini ingin membangun desa wisata kopi. Semoga semuanya bisa terlaksana. (Dompet Dhuafa/Erni)