Dompet Dhuafa Paparkan Implementasi Tanggap TBC Berdaya dalam High Level Meeting Tuberculosis 2022

SURABAYA, JAWA TIMUR — Dalam gelaran High Level Meeting Tuberculosis yang berlangsung pada tanggal 8-11 November 2022 di Surabaya, Dompet Dhuafa turut berkesempatan memberikan paparan pada hari pertama, Selasa (8/11/2022). Pertemuan bertema ‘Aksi Tim Percepatan Penanggulangan TBC (TP2TB)’ itu, merupakan upaya tindak lanjut Perpres Nomor 67 Tahun 2021 dalam upaya percepatan eliminasi TBC Tahun 2030.

General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa, dr. Yeni Purnamasari MKM., selaku Narasumber, memaparkan upaya Dompet Dhuafa menggulirkan program dalam upaya penanggulangan dan pemberdayaan dengan tajuk ‘Praktik Baik Dukungan Filantropi dalam Pemberdayaan Orang Terdampak TB’ di Indonesia.

Tonton Gelaran Daring: https://youtu.be/tGI09WqneMQ

Lebih lanjut ia jelaskan, Dompet Dhuafa melalui LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) yang tersebar di 12 Provinsi di Indonesia, turut berperan serta dalam pendampingan Program Penanggulangan TBC sejak tahun 2004. Dengan fokus program dukungan penemuan kasus, baik secara aktif maupun pasif, pelatihan Nakes dan Kader serta Relawan TB, kampanye pencegahan stigma dan skrining psikososial, dukungan nutrisi, transportasi dan rumah singgah, serta pemberdayaan ekonomi pasien TB dengan kemitraan strategis berbagai pihak.

“Melalui program kesehatan, Dompet Dhuafa membuat perencanaan strategis program, salah satunya pada upaya penanggulangan TB dalam 3 (tiga) pilar yaitu Pelayanan, Pembelaan, dan Pemberdayaan. Perjalanan program ini, inisiasinya sudah kami lakukan sejak tahun 2004, pun turut KolaborAksi bersama Kemenkes, Forum Zakat, Mitra, Donatur, juga Relawan Kader Kesehatan,” papar dr. Yeni.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/blusukan-toss-tbc-dari-rumah-ke-rumah-di-kampung-tengah/

Dalam upaya penanggulangan TB, LKC Dompet Dhuafa melakukan penguatan edukasi TB ke sekolah-sekolah menyasar anak-anak muda. Selain itu juga menggulirkan dukungan nutrisi kepada pasien TB dalam upaya menunjang keberhasilan pengobatan, karena perhatiannya menurun akibat situasi pandemi Covid-19. Ada juga Rumah Singgah Pasien, walau bukan khusus untuk pasien TB, tapi ketika ada pasien TB yang membutuhkan maka Dompet Dhuafa akan persiapkan, pemantauan, serta pendampingan.

“Kami juga mencatat apa saja tantangan yang ada, diantaranya ada penyakit penyerta. Beban katastropik juga menjadi besar, terutama untuk pasien resisten obat yang memiliki keterbatasan dan efek samping obat yang tinggi. Sehingga, kami merancang framework program pemberdayaan ekonomi untuk orang terdampak TB yang bekerjasama dengan 3 OPT (Organisasi Penyintas TB) di masing-masing wilayah. Tentu harapannya akan mampu meningkatkan kemampuan, keterampilan, sekaligus dukungan ekonomi bagi pasien tersebut maupun keluarga,” terang dr. Yeni.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/Dukung-Upaya-Percepatan-dan-Pengendalian-TBC–Dompet-Dhuafa-Sukseskan-Tuberkulosis-Summit-2021/

Tuberkulosis menjadi masalah bersama sehingga diperlukan aksi nyata dan dukungan berkelanjutan semua pihak. Tuberkulosis menjadi prioritas masalah kesehatan di Indonesia. Estimasi ada 969.000 kasus TBC baru di Indonesia dengan angka kematian sekitar 93.000 kasus. Akar masalah penyakit TBC sangat kompleks, sehingga memerlukan komitmen kuat, dukungan, hingga peran serta secara terpadu, dari seluruh jajaran lintas sektor, pemerintah, swasta, masyarakat, organisasi profesi, organisasi masyarakat sipil, dan seluruh pemangku kepentingan terkait.

High Level Meeting di Surabaya tersebut turut dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI, jajaran Kementerian Menko PMK, Menko Perekonomian, Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, Gubernur Jawa Timur, Walikota Jawa Timur, Bupati Surabaya, Dinas Kesehatan, Perwakilan Organisasi Profesi, Organisasi Masyarakat Sipil, Perusahaan dan Mitra Pembangunan Lain.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/sinergi-kemenkes-ri-luncurkan-toss-tbc-virtual-run-and-ride-2021-ajak-dompet-dhuafa-dan-johnson-johnson-eliminasi-tbc-dan-tbc-ro/

Dompet Dhuafa bersama mitra ataupun stakeholder sangat terbuka lebar untuk bisa saling mengisi kesenjangan yang ada di lapangan. Agar upaya menjadi lebih konkrit dan terintegrasi sehingga penanggulangan TB ini bisa menjadi rencana aksi bersama dan diwujudkan dalam rencana kerja yang berkesinambungan,” pungkas dr. Yeni. (Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo)