Dompet Dhuafa Percepat Pemulihan Pascabencana Agar ?Sinabung Bangkit?

Wajah Maju Tarigan (42) hari itu cerah. Kegalauan atas hidup pasca erupsi Gunung Sinabung ia rasakan sekitar tiga bulan sirna. Pasalnya, ia menjadi satu dari 50 penerima manfaat program pemulihan pascabencana Dompet Dhuafa bertajuk “Sinabung Bangkit”.

“Sebelumnya kami bingung. Udah tabungan abis pula. Modal gak ada. Alhamdulillah Dompet Dhuafa membantu kami. Kami siap bangkit,” ujar Tarigan bersemangat saat dihubungi Dompet Dhuafa.

Tarigan merupakan salah satu petani dari Desa Gung Pinto, Kecamatan Nama Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Saat Gunung Sinabung erupsi, ladang cabe dan jeruk seluas satu hektar yang ia miliki tak luput tersapu debu vulkanik.

Tarigan mengaku, selama mengungsi di Kecamatan Kabanjahe ia sempat menengok ladangnya yang berjarak 6 kilometer dari puncak Sinabung. Ia sedu lantaran ladang yang menjadi penghasilan satu-satunya itu hancur.
“Saya pasrah waktu itu. Mau bagaimana lagi. Penghasilan gak ada. Sebatas makan dan minum, Alhamdulillah dapat bantuan,” terangnya.

Kini, secercah kebangkitan muncul saat ladangnya mulai bisa ditanam kembali. Hadirnya program pemulihan ekonomi “Sinabung Bangkit” dari Dompet Dhuafa, diakui Tarigan, menambah energi bangkit komunitas petani.
Semangat bangkit para petani terekspresikan dari nama paguyuban petani, ‘Maka Mehuli’. Maka Mehuli merupakan istilah lokal yang sederhana namun penuh makna mendalam. Maka Mehuli berarti “agar lebih baik”.

“Melalui program dari Dompet Dhuafa ini, selaku Ketua Paguyuban Maka Mehuli akan berusaha keras agar petani bisa kembali bangkit. Saya berharap nantinya ada koperasi bagi Kami di Sinabung,” terangnya.

Menurutnya Koperasi, bisa menyelesaikan kebutuhan modal awal. Sebab selama ini petani memang sulit dalam mengakses modal karena dinilai tidak ‘bankable’.

Bagi Herman Nasution (50), petani penerima manfaat lainnya di Gung Pinto, terdapat hikmah mendalam di balik erupsi Sinabung. Selain membuat subur tanah, erupsi Sinabung juga menyadarkan akan pentingnya kepedulian.

Sebagaimana Tarigan, Herman adalah warga terdampak erupsi, ladangnya ludes, hasrat panenpun terhempas. Diam-diam Herman mengetahui bantuan yang ia rasakan sangat bermanfaat ini, yaitu dana dari zakat dan sedekah yang dikelola Dompet Dhuafa. “Ini pelajaran penting bagi kami para petani. Islam memerintahkan menjadi muslim yang kuat termasuk secara ekonomi, sehingga mampu berzakat dan bersedekah. Terbukti sedekah menjadi harapan hidup bagi yang lain,” ujarnya.

Berbasis ‘Community Development’
Secara konseptual, program pemulihan pascabencana yang diresmikan pada 22 Maret 2014 lalu ini menggunakan pendekatan pendampingan komunitas sebagai strategi program. Ada dua penguatan selama proses pendampingan program berjalan, yakni penguatan dari sisi Community Development dan penguatan usaha tani sebagai kegiatan agribisnis.

Dengan strategi tersebut diharapkan tujuan program yakni peningkatan pendapatan komunitas dari sektor pertanian dapat dicapai. Secara hubungan sosial, sebanyak 50 penerima manfaat yang terbagi menjadi lima kelompok tersebut diharapakan menjadi kuat dalam ikatan persaudaraan.

“Secara substansial, tujuan program adalah untuk mengembalikan pendapatan usaha tani sebagai sumber ekonomi komunitas dengan target akan memberikan pendapatan Rp 790.000 per bulan per petani,” jelas General Manager Program Ekonomi Dompet Dhuafa Tendy Satrio.

Lebih lanjut Tendy menjelaskan, dana yang digelontorkan Dompet Dhuafa untuk program “Sinabung Bangkit” sebesar Rp 400 juta. Pembiayaan tersebut dengan rincian komponen pembiayaan mulai dari bantuan modal usaha tani, penguatan kapasitas petani dan kelembagaan lokal, kegiatan demonstrasi plot untuk tanaman sayur hingga untuk biaya manajemen dan pendampingan program.

Dengan dana program sebesar itu, tim pelaksana program “Sinabung Bangkit” Dompet Dhuafa menargetkan hasil usaha tani dampingan mencapai Rp 982.2000.000. Nilai yang cukup besar untuk dampak pemulihan ekonomi bagi masyarakat Gung Pinto.

Sebanyak 50 KK yang disentuh kali ini meski tidak menutup kemungkinan bertambahnya jumlah penerima manfaat. Sebab di lokasi yang sama masih perlu tambahan bantuan untuk 120 KK. Selain program ekonomi, bantuan infrastruktur seperti masjid yang rusak, bantuan perbaikan ruangan madrasah dan sarana pendidikan lainnya diperlukan masyarakat karena masih memprihatinkan.

“Jumlah mitra dan luasan lahan dampingan program dapat memungkinkan bertambah sesuai dengan perkembangan hasil di lapangan,” ujar Tendy.

Erupsi Sinabung yang memuncak di awal tahun 2014 lalu telah menyisakan duka mendalam bagi warga sekitar termasuk di Desa Gung Pinto. Bukan hanya korban jiwa, perekonomian pun lumpuh total. Pertanian sebagai basis sektor nyaris tidak bergerak, banyak tanaman yang tidak terselamatkan akibat luapan abu vulkanik Sinabung.

Menurut data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, prediksi kerugian ekonomi secara akumulatif dari sektor pertanian mencapai Rp 1 trilyun. Hal ini lantaran pertanian sinabung merupakan sektor andalan ekonomi bukan hanya bagi Kabupaten Karo tetapi juga provinsi Sumatera Utara.

Hampir selama 21 tahun Dompet Dhuafa juga dikenal sebagai lembaga pemberdayaan. Dana Ziswaf yang dipercayakan, digunakan menyasar berbagai kelompok rentan agar kembali berdaya. Pola bantuan yang berkesinambungan berhasil merekatkan nilai-nilai kebersamaan di akar rumput, jauh dari kesan ‘hit & run’. Tidak berhenti di tahap respon tanggap darurat, evakuasi, aktivitas dapur umum hingga ‘trauma healing’ selama korban di pengungsian.

Kini dalam program pemulihan pascabencana, Dompet Dhuafa menargetkan dapat memulihkan dan meningkatkan kembali aktivitas perekonomian yang sempat terhenti. Di titik inilah, Paguyuban Maka Mehuli menjadi satu dari sekian model pemberdayaan. Ia menjelma menjadi doa dan spirit selaras dengan semangat “Sinabung Bangkit, Indonesia Move On!” (gie)