Dompet Dhuafa Terima Kunjungan UIN Suka, Bahas Tata Kelola Wakaf Produkif Hingga Isu Lingkungan

JAKARTA — Dompet Dhuafa menerima kunjungan dari Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Kantor Dompet Dhuafa, Gedung Philantropy, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Selasa (2/8/2022). Pada kesempatan tersebut, segenap tim utusan UIN Suka menyampaikan keinginannya untuk saling berbagi ilmu tentang dunia filantropi Islam dalam rangka mempelajari tata kelola PTN BH. Dipimpin oleh PJS Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Rahmad Riyadi beserta segenap jajarannya, Dompet Dhuafa menyambut baik kunjungan dan silaturrahmi ini.

PJS Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Rahmad Riyadi menerangkan gerakan-gerakan yang telah dan sedang diusung Dompet Dhuafa.
Diskusi melibatkan berbagai tim Dompet Dhuafa di bidang wakaf, pendidikan, lingkungan, budaya, dan ekonomi.

Rahmad Riyadi menjelaskan, mulanya Dompet Dhuafa lahir sebagai lembaga zakat, infak dan sedekah (ZIS). Oleh masyarakat, Dompet Dhuafa mendapat antusias yang sangat baik, sehingga seiring berjalannya waktu, Dompet Dhuafa melebarkan sayap menjadi lembaga kemanusiaan, lembaga sosial, lembaga wakaf, hingga bergerak melestarikan seni dan budaya.

“Mejadi penting bagi kita untuk saling memahami apa yang menjadi konsen kita bersama. Sehingga nantinya kita mampu berkolaboraksi pada berbagai sektor untuk kepentingan umat. Termasuk pada aspek pendidikan dan budaya adalah hal yang Dompet Dhuafa perhatikan. Sebagai nazir wakaf, Dompet Dhuafa juga telah mengembangkan wakaf produktif. Wakaf tetap sebagai Endowment Fund. Pokoknya (wakaf) tetap, namun bagaimana aset wakaf ini terus bergulir sehingga menghasilkan profit untuk program-program pendidikan, budaya, lingkungan dan sebagainya,” jelasnya.

Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Dr. H. Mamat Rahmatullah, M.M (kemeja batik kuning) memberikan buah cinderamata kepada PJS Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Rahmat Riyadi.

Dr. H. Mamat Rahmatullah, M.M selaku Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama menyampaikan bahwa UIN Suka bermaksud menerapkan dan mengembangkan wakaf di kampus. Ia juga membahas ketertarikannya pada pola wakaf yang diterapkan kampus-kampus di Turkey yang mampu menggratiskan mahasiswa-mahasiswanya.

“Kami memiliki rencana untuk membangun sebuah monumen wakaf produktif pada pendidikan di UIN Sunan Kalijaga. Dengan keterlibatan Dompet Dhuafa yang sudah banyak mengelola aset-aset wakaf produktif, harapannya dapat turut mewujudkan rencana ini,” ucapnya.

Selain wakaf pada aspek pendidikan, UIN Sunan Kalijaga juga menyampaikan rencananya untuk menciptakan program pada sektor lingkungan (sampah) dan budaya. Pemberdayaan wakaf produktif oleh Dompet Dhuafa sendiri telah bergerak pada 5 (lima) pilar program Dompet Dhuafa, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Sosial, serta Dakwah dan Budaya.

Arif R. Haryono selaku General Manager Advokasi Dompet Dhuafa menyampaikan bahwa DDV memiliki jaringan puluhan ribu relawan yang bergerak dengan semangat #AsyikTanpaSampahPlastik

Ketua Pusat Studi Manajemen Perguruan Tinggi Drs. H. Jarot Wahyudi, S.H., M.A turut menambahkan, UIN Sunan Kalijaga sebagai kampus Islam ingin bekerjasama dengan Dompet Dhuafa memberikan edukasi dan pemahaman yang mendalam tentang wakaf kepada para mahasiswa milenial. Bahkan hingga saat ini, masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa wakaf itu adalah dengan tanah untuk 3M (masjid, madrasah, maqbaroh/makam). Padahal wakaf dapat lebih luas dari itu. Bahkan dengan uang nominal kecil pun bisa untuk diwakafkan.

Hal tersebut sangat selaras dengan wakaf uang yang telah digaungkan oleh Dompet Dhuafa, yaitu wakaf dengan seharga secangkir kopi. Dengan nilai nominal Rp10.000 saja, orang sudah bisa menunaikan wakaf yang pahalanya tentu akan terus mengalir kepada si wakif dan manfaatnya terus mengalir untuk para penerima manfaat wakaf (mauquf alaih). Tidak hanya itu, Dompet Dhuafa juga telah memberikan kemudahan berwakaf melalui banyak kanal digital selayaknya orang memesan secangkir kopi secara daring. (Dompet Dhuafa / Muthohar)