Fahrul Hilman, Ingin Memajukan Daerah Melalui Pariwisata

PARUNG– Menjadi putra daerah yang bisa sekolah di Jawa, umumnya adalah hal yang membanggakan. Pun bagi Fahrul Hilman. Fahrul adalah satu dari sebelas putra Nusa Tenggara Barat yang bersekolah di SMART Ekselensia, sekolah akselerasi lima tahun SMP-SMA.

Berawal dari guru agama di Sekolah Dasar (SD) yang memiliki salah satu relasi di Dompet Dhuafa, Fahrul ditawari untuk sekolah di sana. Saat itu, Fahrul masih bersekolah di SDN 29 Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Saya ngga tahu sebelumnya. Guru saya menawari untuk sekolah di sini, sekolah di Jawa. Saya kira bohong,” kata Fahru ketika ditemui di SMART Ekselensia, Parung, Bogor, beberapa waktu lalu.

Walau begitu, Fahrul mengikuti saja apa kata gurunya. Ia mengikuti semua tes nya. Fahrul mengaku, orang tuanya hanya tahu bahwa ia sedang mengerjakan tugas sekolah, bukan tes untuk kemudian menempuh studi di SMART Ekselensia Indonesia.

Setengah tahun berlalu, sejak terakhir Fahrul mengikuti tes. Fahrul ternyata dinyatakan lulus. Namun, ia masih belum bilang ke orang tua. Gurunyalah yang berperan menyampaikan. Saat itu guru Fahrul datang kerumah untuk memberitakan kabar bahagia dan menyampaikan ijin ke orang tua Fahrul. Sang orang tua pun ternyata menerima.

Kan dijelasin dulu baiknya dari peluang yang ada. Kalau untuk kebaikan semua, ya lebih baik berangkat saja,” ujar anak pertama dari dua bersaudara ini, mengingat memori waktu itu.  

Pada 2011 pun menjadi tahun pertama Fahrul sekolah di SMART Ekselensia. Kini Fahrul sudah kelas V IPS, tahun terakhirnya bersekolah di sini. Walaupun tidak banyak mengikuti kegiatan ekstra dan intra kurikuler, namun bukan berarti Fahrul tidak berprestasi.

Pada pertengahan Oktober lalu, ia memenangkan medali perak dalam kejuaraan silat tingkat daerah di Jakarta Utara. Ia bersama dua temannya mewakili perguruan yang berada di Jakarta Utara. Dari SMART Ekselensia diambil tiga siswa yang masing-masing mewakili kelas A, B, dan C. Fahrul sendiri mewakili kelas B untuk kategori berat 43-47 kg.

Tahun ajaran ini adalah tahun terakhir Fahrul bersekolah. Ia pun ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah berkonsultasi dengan guru Bimbingan dan Konseling, Fahrul memilih untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, jurusan Management Resort and Leisure (MRL).

Jurusan yang berhubungan dengan kepariwisataan ini sengaja dipilih karena ia ingin memajukan potensi dan pesona alam di daerahnya. “Kalau sekolah kepariwisataan, saya bisa bekerja di dekat Lombok, sehingga tidak jauh dari rumah,” tambahnya. (Dompet Dhuafa/Erni)