Gelap Melihat Terang Memandang, Wagiyem Lantunkan Surat Al Anfal Gunakan Qur’an Braille

SURABAYA, JAWA TIMUR — Keriput jemari Wagiyem (60), berupaya gigih meraba huruf demi huruf hijaiyah pada sebuah Al-Qur’an Braille. Getar jari-jemari Wagiyem, renta. Berlabuh dari lembar ke lembar. Mencari halaman sebelumnya agar dapat membaca ayat selanjutnya.

Kedua telapaknya menari ringan, menjamah susunan kalimat ayat suci agar ‘terbaca’ sempurna. Meski tertatih, ayat demi ayat ia lantunkan. Juz 10, Surat Al Anfal, ayat 46-51.

“Ya, kalau mengaji, hati saya itu terhibur, Nak,” aku Wagiyem pada kami.

Masya Allah.. Dalam gelap melihat, Wagiyem terang memandang. Dan izinkan kami sedikit mengungkapkan lagi, meski tertatih berjalan, hati Wagiyem riang menari.

“Tadi itu, alhamdulillah, saya baca Juz 10 ayat 46 sampai ayat 51 hari ini. Dari dulu, inginnya ya sampai khatam Qur’an, tapi semoga saya sempat ada umur,” harapnya.

Mungkin berlebihan rasanya jika kami, selaku Penulis artikel ini mengakui, bahwa kami tak mampu membendung buih air mata kami sendiri. Tamparan keras pada kami yang awas. Mendengar Wagiyem mengungkapkan asa mulia di usia senjanya. Wagiyem kini memang tidak melihat, pun tidak melihat keterbatasan pada dirinya.

Sore itu, Rabu (9/3/2022), kami hadir di Masjid Baitul Muslim di Ngagel, untuk silaturahmi sekaligus mendistribusikan amanah para Donatur Dompet Dhuafa berupa 30 Juz (satu set) Al-Qur’an Braille kepada komunitas Kawan Netra di Surabaya.

Disana, kami juga bertemu dengan Budi selaku Kepala Sekolah Tunanetra sekaligus Pengurus ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia). Ia katakan, se-Indonesia, tunanetra yang bisa membaca Al-Qur’an Braille hanya berjumlah 5%.

“Keinginan mengaji teman-teman itu kuat. Hal ini jugalah yang mendasari kami untuk menggencarkan aksi tunanetra mengaji. Dengan proses yang tidak mudah, alhamdulillah, gerakan ini berkembang terus, pun dengan adanya upaya bantuan pendampingan-pendampingan dari komunitas juga lembaga seperti Kawan Netra dan Dompet Dhuafa,” terang Budi.

Namun, tidak semua tunanetra memiliki Iqra dan Al-Qur’an Braille sendiri-sendiri. Umumnya Al-Qur’an Braille memiliki ukuran cetakan yang lebih besar dan hanya 1 (satu) buku tiap Juz-nya. Harga jual pun cukup tinggi. Juga cetakan huruf Braille, akan rapuh tiap cetakan timbulnya, terlebih jika sering digunakan. Dan kebutuhan kami juga ada pada pendampingan. Akses transportasi dan tenaga pengajar dari yang awas juga.

“Kemudian kami cari permasalahan-permasalahan yang ada. Ternyata, bukan hanya jumlah Al-Qur’an Braille-nya. Namun, akses pada kami teman-teman tunanetra untuk menuju lokasi pengajian. Misalnya, kadang-kadang kami sulit untuk menggunakan transportasi umum. Sering tidak pas penurunan lokasinya, kami kan bingung ketika turun ada dimana? Belum lagi jika kami salah mengeluarkan uang, ada saja kelakuan orang yang bohong pada kami,” sebut Budi.

Sebelumnya, Dompet Dhuafa bersama Kawan Netra yang didukung oleh banyak pihak, hadir untuk mendampingi tunanetra yang tergabung dalam ITMI Kota Surabaya dalam pemberantasan buta huruf Al-Qur’an Braille, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Festival Tunanetra Mengaji (FTM) di Surabaya pada Ahad, (24/10/2021) lalu. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 200 tunanetra dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, dan melibatkan sekitar 70 relawan pendamping.

“Alhamdulillah, terima kasih doa para donatur Dompet Dhuafa Jatim yang telah ikut mendukung banyak hal pada acara ini. Mulai dari donasi paket sembako sebagai hadiah untuk para peserta hingga transportasi antar jemput bagi para peserta tunanetra yang semangat untuk belajar Al-Quran Braille,” ucap Gusti, Pendiri Yayasan Urunan Kebaikan.

Tak hanya itu, Dompet Dhuafa Jawa Timur turut mendukung kebutuhan dakwah para Dai tunanetra dalam menyebarluaskan ilmu mengaji Al-Qur’an Braille. Bersama Yayasan Urunan Kebaikan juga beberapa komunitas di Surabaya, Dompet Dhuafa Jawa Timur menyelenggarakan Pelatihan Qur’an Braille untuk Guru Ngaji Tunanetra. Gerakan tersebut berlangsung selama 4 hari, yaitu sejak 27-31 Maret 2021 di TPA Nurulhuda Surabaya.

Di ujung pembicaraan, Wagiyem bertutur, “Ibu sekarang makin terlihat tua ya? Tapi memang sudah nenek-nenek, cucu sudah tiga. Semoga anak-anak kalian juga rajin baca Al-Qur’an ya, Nak,” pungkas Wagiyem, melempar harap.

Hari itu pun, kami masih terngiang suara Ibu Wagiyem yang melantunkan 5 (lima) ayat dari Surat ke-delapan dalam Al-Qur’an. Berikut bunyi ayat tersebut:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ – ٤٦

Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar. (8-46)

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَّرِئَاۤءَ النَّاسِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ بِمَايَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ – ٤٧

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan. (8-47)

وَاِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَاِنِّيْ جَارٌ لَّكُمْۚ فَلَمَّا تَرَاۤءَتِ الْفِئَتٰنِ نَكَصَ عَلٰى عَقِبَيْهِ وَقَالَ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّنْكُمْ اِنِّيْٓ اَرٰى مَا لَا تَرَوْنَ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ ۗوَاللّٰهُ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ࣖ – ٤٨

Dan (ingatlah) ketika setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (dosa) mereka dan mengatakan, “Tidak ada (orang) yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sungguh, aku adalah penolongmu.” Maka ketika kedua pasukan itu telah saling melihat (berhadapan), setan balik ke belakang seraya berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu; aku dapat melihat apa yang kamu tidak dapat melihat; sesungguhnya aku takut kepada Allah.” Allah sangat keras siksa-Nya. (8-48)

اِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ غَرَّ هٰٓؤُلَاۤءِ دِيْنُهُمْۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ – ٤٩

(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang mukmin) ditipu agamanya.” (Allah berfirman), “Barangsiapa bertawakal kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (8-49)

وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ يَتَوَفَّى الَّذِيْنَ كَفَرُوا الْمَلٰۤىِٕكَةُ يَضْرِبُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَاَدْبَارَهُمْۚ وَذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ – ٥٠

Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (8-50)

ذٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْكُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِۙ – ٥١

Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya, (8-51)

 

(Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo)