Hadirkan Zakat Fitrah dan Paket Wardah Di Kampung Mualaf Baduy

SIARAN PERS, BANTEN — Mendengar Suku Baduy, tentu sudah tak asing di telinga kita. Salah satu suku di Indonesia yang masih kuat berpegang pada ajaran nenek moyang dengan segala kearifan lokalnya, masih lestari di tengah gempuran tekhnologi. Suku Baduy tinggal di sepanjang Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten Lebak. Namun, yang paling sering dikunjungi dan menjadi lokasi wisata budaya adalah suku Baduy yang berada di Ciboleger, Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Alam yang asri dan sejuk dengan nuansa damai dan tenang, menjadi ciri khas suasana di Baduy. Hal tersebut lantaran mereka masih bersahabat dengan alam dan sebisa mungkin menjaga keasriannya. Satu kata yang ampuh bagi masyarakatnya untuk mematuhi peraturan yakni kata pamali. Pamali dalam arti lain adalah dosa atau perbuatan yang dilarang. Di Baduy, kata tersebut ampuh untuk mencegah masyarakatnya melakukan perbuatan-perbuatan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Ada dua Suku Baduy yang masih lestari hingga saat ini. Yakni Baduy Jero (dalam) dan Baduy Luar. Baduy Jero (dalam) adalah suku Baduy yang masih asli dan memegang teguh segala aturan yang berlaku, masih jalan kaki jika bepergian, tak ada listrik atau alat elektroni dan belum tersentuh tekhnologi. Mereka dipimpin oleh ketua suku yang disebut Puun. Sedangkan Baduy luar adalah suku Baduy yang sudah terkontaminasi oleh teknologi saat ini, mereka sudah bepergian dengan mobil, ada televisi di rumahnya dan lain sebagainya.

Nah, suku Baduy juga ternyata tidak hanya menganut ajaran aliran kepercayaan (Sunda Wiwitan), namun mereka yang sudah di Baduy Luar sebagian kecil ada yang sudah menganut ajaran agama Islam. Sebuah Yayasan membuatkan komplek khusus bagi mualaf Baduy tersebut yang berada di 2 kampung yakni kampung Landeuh dan Kampung Tonggoh. Jumlah jiwa di kampung Landeuh sekitar 116 Jiwa dan kampung Tonggoh sebanyak 55 jiwa. Tepat pada Jumat (15/5/2020), tim Dompet Dhuafa Banten berkolaborasi dengan Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, menyambangi dua kampung mualaf tersebut dan satu kampung lainnya untuk menyalurkan bantuan paket berbuka dan zakat fitrah.

Paket berbuka puasa dari Wardah berjumlah 300 paket dan zakat fitrah Dompet Dhuafa Banten disebar merata di tiga kampung yakni Cempaka, Kampung Landeuh dan Kampung Tonggoh. Selain itu, tim Institut Kemandirian juga menyalurkan paket masker secara merata hasil buatan Institut Kemandirian. Dalam satu paket berisi tiga buah masker kain. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat Baduy bisa menjaga diri dari wabah Corona (Covid-19) yang saat ini merajalela.

"Mualaf tersebut perlu kita perhatikan. Agar mereka terus kokoh menjadi muslim dan tak kembali ke kepercayaan semula. Sehingga merasakan bahwa Islam itu indah dan memperhatikan mereka. Ini menjadi alasan kami menyalurkan paket berbuka Wardah dan zakat fitrah di sini. Selain karena memang mereka kurang mampu dan membutuhkan," ujar Mokhlas Pidono, selaku Pimpinan Dompet Dhuafa cabang Banten.

Selain bantuan di atas, kedepan Dompet Dhuafa Banten juga berencana menyalurkan paket Al-Qur’an bagi masyarakat mualaf Baduy. Salah satu wanita Baduy penerima manfaat yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan suka-citanya atas bantuan tersebut. Apalagi paket berbuka yang diberikan lengkap lauk pauk, buah dan juga minuman yang mungkin jarang bisa mereka nikmati.

“Nuhun ieu pak bantuan na, sing dilancarkeun rizkina (terima kasih bantuannya pak, semoga dilancarkan rizkinya),” ujarnya, sambil tersenyum.

Doa tersebut mungkin dimaksudkan untuk segenap donatur yang sudah menunaikan zakat dan berdonasi melalui Dompet Dhuafa Banten dan amil yang menjadi perantara penyalurannya. (Dompet Dhuafa/Mokhlas Pidono)