Hari Kesaktian Pancasila, Momentum Memperbaiki Bangsa

Sebagai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila mengandung makna yang sangat penting bagi perjalanan kemerdekaan negeri ini. Mengandung 5 sila dasar negara di antaranya, Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.  Kelima sila dasar negara tersebut, menjadi pedoman seluruh rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, seiring dengan arus modernisasi yang terus melekat dalam kehidupan masyarakat, semangat dan nilai-nilai Pancasila rasanya sudah mulai hilang dari peredaran, khususnya bagi generasi pemuda saat ini. Belum lagi, pengaruh kekuatan global yang kian merasuk, sehingga generasi penerus bangsa harus mampu membentengi diri agar tidak mudah terpengaruh.

Momentum peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober menjadi salah satu saat yang tepat bagi generasi pemuda, untuk merefleksikan tentang pemaknaan nilai-nilai dan kesaktian Pancasila. Nilai-nilai itulah yang kemudian kita maknai sebagai sumber kekuatan dan energi untuk membangun kembali jati diri bangsa ini dengan melakukan perubahan yang lebih baik. Lalu, bagaimana ikhtiar dan usaha untuk melakukannya?

Datang dari hati yang tulus,  Dompet Dhuafa, lembaga zakat yang bergerak lebih dari 20 tahun dalam bidang kemanusiaan, turut berikhtiar berupaya memberikan kontribusi terbaik bagi negeri ini. Melalui program pendidikan, Dompet Dhuafa mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tumbuh bersama mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas, berkualitas, dan berkarakter bersama program pemberdayaan Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan.

Salah satu keberkahan terus mengalir dalam program pendidikan. Komitmen Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan adalah menciptakan kemandirian bagi penerima manfaat. Untuk siswa dan mahasiswa, kemandirian dilakukan melalui pemberian beasiswa yang hanya diberikan dalam jangka waktu tertentu pada program Beastudi Etos (BI).

Pada guru, Dompet Dhuafa membangun kemandirian dengan melakukan pendampingan selama dua tahun. Anak didik yang berkualitas tidak akan terwujud jika kekurangan tenaga pendidik berkualitas. Oleh karena itu Dompet Dhuafa memberikan pelatihan selama enam bulan untuk menjadi pendidik terbaik. Ya, upaya tersebut dihadirkan dalam program Sekolah Guru Indonesia (SGI).

Dalam bidang ini, strategi pendidikan harus sesuai dengan visi Dompet Dhuafa yaitu memberdayakan masyarakat melalui program pendidikan. Untuk mencapainya ada tiga hal yang harus senantiasa dipegang yaitu menyantuni dhuafa, menjalin ukhuwah, dan menggugah etos kerja. Menyantuni dhuafa dilakukan dengan tidak menggunakan kata sifat yang merefleksikan kondisi penerima manfaat untuk dalam setiap program.

Salah satunya terdapat dalam SMART  Ekselensia Indonesia. Sekolah ini ditujukan untuk anak-anak kaum dhuafa terpilih untuk belajar di jenjang SMP dan SMA dalam kurun waktu lima tahun tanpa biaya. Nama sekolah yang tidak mengandung unsur dhuafa merupakan aplikasi untuk menyantuni dhuafa.

Saat ini jumlah penerima manfaat SMART Ekselensia Indonesia sendiri sudah lebih dari 30.000 penerima manfaat, sejak pertama kali didirikan pada 2004. Siswanya berasal dari seluruh penjuru Indonesia.

Untuk menggugah etos kerja, Sri Nurhidayah, General Manager Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa, mengatakan bahwa tidak ada charity cuma-cuma. Penerima manfaat harus memberikan manfaat pada warga lain. Artinya penerima manfaat harus mempunyai pekerjaan sosial.

“Pendidikan yang didapat di sekolah, mereka ajarkan kembali kepada anak-anak di sekitar sekolah melalui bimbingan belajar. Begitu juga dengan program pendidikan lain seperti Sekolah Guru Indonesia (SGI), Beastudi Indonesia (BI), Makmal Pendidikan, FIS Filial, dan Kampus Umar Usman, inilah sisi sosial yang tumbuh dalam jiwa mereka,” ujarnya.

Sisi keberhasilan penerima manfaat program pendidikan Dompet Dhuafa, menurut Sri Nurhidayah, bisa dilihat dalam dua hal yaitu kuantitas dan kualitas. Alumni SMART Ekselensia Indonesia misalnya, mereka berhasil kuliah di perguruan tinggi negeri. Begitu pula dengan penerima Beasiswa Etos. Seratus persen dari penerima beasiswa etos menyelesaikan studi S1 mereka.

Menurut data yang didapat hingga Mei 2015 terdapat 55.247 penerima manfaat di program SGI, 107.702 penerima manfaat di program Makmal Pendidikan, penerima manfaat untuk SMART Ekselensia Indonesia sebanyak 3.268, dan sebanyak 10.330 penerima manfaat untuk program Beastudi Indonesia.

Semua program yang telah digulirkan, menurut Sri Nurhidayah, adalah unggulan. Namun saat ini masyarakat cenderung memperhatikan program untuk pemberdayaan guru.

“Bisa dibilang Sekolah Guru Indonesia merupakan program unggulan kita”, ujar Sri.

Lebih lanjut, Sri Nurhidayah berharap masyarakat untuk sabar dalam melihat progres penerima manfaat di bidang pendidikan. Bidang pendidikan adalah investasi jangka panjang dan sering kali masyarakat ragu dengan hasilnya.

“Hal inilah yang harus terus menerus dikomunikasikan. Setidaknya Dompet Dhuafa telah berusaha dengan membuat infografis untuk disajikan kepada masyarakat”, tutur Sri.

Kebermanfaatan program pendidikan Dompet Dhuafa semakin terasa dalam perubahan yang lebih baik untuk bangsa ini bilamana kita tumbuh bersama mendukung dan membangun kepedulian. Problematika sosial yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia saat ini menjadi permasalahan yang harus dirampungkan bersama. Semoga momentum Hari Kesaktian Pancasila menjadi waktu yang tepat bagi kita semua khususnya generasi bangsa untuk  tumbuh bersama melakukan perubahan lebih baik untuk bangsa ini melalui program-program pemberdayaan Dompet Dhuafa demi kemaslahatan umat. (Dompet Dhuafa/uyang)