GUNUNGKIDUL — Di hari pertama Ramadan 1443 #JadiManfaat, Minggu (3/4/2022 M), Dompet Dhuafa membagikan parsel Ramadan berisi paket sembako kepada guru-guru pejuang di kawasan pelosok Gunungkidul. Sebanyak 6 (enam) guru Madrasah Ibtidaiyyah Swasta (MIS) YAPPI TEGALWERU di Trosari 2, Kelurahan Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul menerima paket amanah dari para donatur yang dititipkan kepada Dompet Dhuafa ini.
Imam Hidayat selaku Supervisor Social & Development Dompet Dhuafa Yogyakarta mengatakan, guru-guru ini telah membuktikan dedikasinya untuk pendidikan di pelosok Indonesia. Di Tepus, Gunungkidul ini merupakan wilayah yang sulit diakses dan bahkan termasuk wilayah yang rentan bencana.
“Ada salah satu guru perempuan di sini yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pendidikan anak-anak Tepus. Ia mencari ilmu di jurusan pendidikan Islam untuk menunjang aksinya mendidik generasi muda Tepus,” ucap Imam.
![](https://www.dompetdhuafa.org/wp-content/uploads/2022/03/MTH08651-scaled.jpg)
Perempuan tangguh itu adalah Suryanti (43). Ia telah mengabdikan diri di MI YAPPI sebagai pendidik sejak 2009, atau berarti 13 tahun. Rasa sayangnya yang sangat tinggi dan mengerti setiap anak kecil, menjadikannya saat ini ditempatkan untuk mengajar siswa kelas 1 SD.
Menurut Sur, hal yang membuatnya senang dan bangga adalah ketika ada anak didiknya yang berhasil meraih sesuatu. Baik itu dari segi akademik maupun non akademik.
“Pernah saya dengar anak lulusan dari sini di SMP-nya menjadi juara kelas bahkan beberapa jali menjuarai perlombaan tahfidz. Itu saya merasa bangga dan senang sekali,” ucapnya.
Di rumahnya, di Dusun Klumpit, Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Sur tinggal bersama sang ibu dan suami. Untuk memenuhi kebutuhan dapur, ia di rumah membuka toko pakaian beserta jasa cuci/laundry. Sedangkan sang suami bekerja sebagai karyawan di sebuah yayasan.
![](https://www.dompetdhuafa.org/wp-content/uploads/2022/03/MTH08646-scaled.jpg)
Ia menceritakan aktifitas kesehariannya yaitu setiap pukul 7 pagi berangkat ke sekolah untuk mengajar. Jarak rumahnya menuju sekolah sejauh kurang lebih 3 Km dengan kondisi jalan berkelok dan berbatu. Untuk sampi ke sekolah, ia biasa mengendarai motor dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Sepulang dari sekolah siang hari, ia membuka tokonya beserta jasa laundry.
Sebagai manusia biasa dengan banyak aktifitas, tentu mungkin ada beberapa aktifitas yang harus ditinggalkan karena suatu hal yang memaksa. Namun bagi Sur, hal itu tidak berlaku untuk mengajar. Menurutnya, tidak ada hal yang bisa memaksanya untuk tidak berangkat mengajar ke sekolah.
![](https://www.dompetdhuafa.org/wp-content/uploads/2022/03/MTH08541-scaled.jpg)
Meski gaji honorer yang ia terima sama sekali tidak mencukupi kebutuhan keluarga, namun ia tidak mempermasalahkan. Karena yang ia tau, mengajar adalah untuk mengabdi, bukan mencari rejeki.
“Sebenarnya kalau dibilang ya tidak cukup. Makanya harus ada sampingan jualan. Kadang bareng suami juga ikut beternak dan berladang,” ucapnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)