Haryanti, Ibu Tangguh Penjaja Pecel

Haryanti saat menjajakan kerupuk dan pecel di kawasan tempat tinggalnya (PM LPM)

Roda kehidupan yang dijalani setiap manusia tidaklah selalu indah. Setiap orang tidak hanya merasakan kebahagiaan saja, namun ada pula kesedihan yang menghampiri. Dimana keduanya telah menjadi bagian dari cerita kehidupan seseorang yang harus dijalaninya dengan penuh keikhlasan. Hal itu pula yang tengah dirasakan Haryanti, perempuan lanjut usia yang kini menjadi tulang punggung keluarga.

Semenjak sang suami meninggal karena sakit, ia harus membantu menafkahi keluarganya dengan menjajakan pecel keliling di sekitar kawasan tempat tinggalnya di Kampung Pondok Benda Jatirasa, Rt.03/Rw.01, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat.

Kondisi tersebut sempat membuat Haryanti, demikian sapaan akrab sehari-harinya ini hampir putus asa menjalanihidup. Bagaimana tidak? Semasa suaminya masih hidup, ia sangat bergantung dengan penghasilan suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek keliling. Hal inilah yang membuatnya merasa bingung dan bimbang, bagaimana ia harus mencari nafkah untuk keluarga tercintanya tersebut.

“Suami saya sakit-sakitan. Nggak ada yang bisa cari duit lagi. Udah gitu kebutuhan hidup makin mahal aja,” ujarnya saat tim survey Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa menyambangi kediamannya pada November lalu.

Namun, rasa cintanya terhadap keluarga, terutama dengan Untung  (14) sang anak yang masih menempuh pendidikan SMP ini, membuat semangatnya terpacu untuk menggantikan peran mendiang suaminya menjadi tulang punggung keluarga. Haryanti tak ingin melihat anak kesayangannya putus sekolah begitu saja.

Mengingat penghasilan berjualan pecel keliling belum mencukupi kebutuhan hidupnya, Haryanti  lantas mencari pekerjaan tambahan dengan menjadi buruh cuci dan gosok pakaian di rumah tetangganya di siang hari. Kemudian di sore harinya, ia manfaatkan waktu dengan berjualan pecel. Itu pun mengambil dagangan dari orang lain,lantaran dia sudah tidak sanggup mengolah sendiri.

Meski demikian, Haryanti tidak pernah mengeluh dan merasa lelah menjadi tulang punggung keluarga. Semuanya demi keluarga, terutama anak kesayangannya yang diharapkan mampu menempuh pendidikan tinggi hingga tingkat sarjana dan kelak berhasil memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga. Kini, hanya satu keinginan Haryanti. Ia berharap dirinya terus sehat, panjang umur dan mampu melihat anaknya sukses dalam menjalani hidup.

Melihat semangat dan kegigihan yang ditunjukkan Haryanti dalam menjalani kehidupannya, Dompet Dhuafa melalui Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM), tergerak untuk membantu “Ibu Tangguh” ini mewujudkan harapannya. Dalam Program Ibu Tangguh yang dijalankan, LPM secara konsisten setiap bulan membiayai pendidikan sang anak.

Penghasilan yang diraih Haryanti memang tidak sebanding dengan pengeluarannya. Namun semangatnya ini yang dapat menjadi contoh untuk kita semua, bahwa seorang ibu tidak akan melepas anugerah yang Allah berikan begitu saja.Pastinya selalu diperjuangkan untuk meraih kebahagiaan bersamanya atau tanpanya.Semoga saja perjuangan sebagai ibu tangguh mendapat kemuliaan dari Allah SWT sebagai amal kebaikan yang akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak. (Uyang)