Perilaku hasad harus benar-benar dihilangkan dari keseharian kita. Sebab, hasad adalah keinginan yang timbul dalam hati agar nikmat yang dimiliki oleh orang lain hilang. Hal ini tentu dapat merusak hubungan antarsesama manusia, juga dampak negatif lain yang lebih luas. Dengan begitu, kita perlu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindari perilaku hasad, demi menjaga kemurnian hati dan memperkuat iman.
Perilaku Hasad
Dampak buruk hasad beserta larangannya telah banyak dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an, juga hadis. Salah satunya tertera dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim:
“Janganlah kalian saling mendengki (hasad). Janganlah kalian saling memutuskan hubungan. Janganlah kalian saling membenci. Janganlah kalian saling memperdaya, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
Rasa dengki terhadap orang lain, baik itu karena kesuksesan mereka atau kepunyaan mereka, dapat membuat kita mengufuri nikmat Allah Swt. Mengapa begitu? Sebab, perasaan tidak senang itu akan membuat kita cenderung membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Padahal, segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian berharga dari Allah. Takaran-Nya adalah yang paling baik, tidak salah, dan tidak pernah tertukar.
Pernahkah Sahabat memiliki rasa dengki itu? Jika iya, mari perbanyak istigfar. Ingatlah dengan apa-apa yang sudah diberikan oleh Allah kepada kita. Tambah rasa syukur itu, seperti yang telah difirmankan dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, ‘Sesungguhnya jika kalian bersyukur (atas nikmat-Ku), pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Baca juga: Amalan Pembuka Rezeki dan Berkah dalam Hidup Sehari-hari
Konsep Hasad dalam Islam
Dalam Islam, hasad diartikan sebagai perasaan tidak senang atas nikmat yang diterima oleh orang lain dan berharap nikmat tersebut hilang dari orang tersebut. Allah Swt telah menyebutkan tentang bahaya hasad dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam Surah Al-Falaq ayat 5 yang berbunyi, “Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.
Hasad berbeda dengan ghibah, yaitu rasa iri yang dibolehkan di mana seseorang berharap mendapatkan nikmat yang sama tanpa menginginkan nikmat tersebut hilang dari orang lain. Ghibah dianggap positif, karena dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik dan berusaha lebih giat.
Dengki dapat merayapi hati orang yang merasa kalah wibawa, kalah popularitas, kalah pengaruh, atau kalah pengikut. Hasad atau dengki biasanya dirasakan oleh seseorang kepada orang lain yang posisinya lebih, sehingga seseorang itu tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Sebuah pepatah arab mengatakan “Kullu dzi ni’matin mahsuudun” yang artinya “setiap yang mendapat kenikmatan pasti didengki”.
Setiap manusia tidaklah sepi dari sifat hasad. Hanya saja ada yang dapat mengelolanya dengan baik, sehingga dapat menepisnya, dan ada pula yang tidak mampu membendungnya. Siapa yang akan dirugikan bila kita memelihara sifat hasad? Tentu diri kita sendiri. Sebab, hasad bisa menjadi bulldozer yang dapat merusak amalan-amalan kita.
Kisah Dengki Sahabat Nabi
Pada masa Rasulullah Saw, ada seorang sahabat yakni Abdullah bin Ubay bin Salul yang memiliki sifat hasad terhadap Nabi. Ia dikenal sebagai tokoh munafik di Madinah. Ia menaruh hasad terhadap Nabi karena kedudukan dan penghormatan yang diperoleh oleh Nabi.
Awalnya, Abdullah bin Ubay yang direncanakan akan diangkat sebagai tokoh dan penguasa Madinah, namun saat Rasulullah tiba di Madinah, pengaruh Abdullah menjadi pudar. Akhirnya Rasulullah lah yang menjadi pemimpin Kota Madinah. Hal itu menjadi permulaan perasaan dengki Abdullah bin Ubay terhadap Rasulullah Saw.
Melansir buku 49 Teladan dalam Al-Qur’an karya Ririn Rahayu Astutiningrum, saat Abdullah bin Ubay bersama Rasulullah, ia mengaku beriman dan beribadah layaknya umat Islam. Namun, saat ia tak bersama Rasulullah, Abdullah kembali pada agamanya yang lama serta menjelek-jelekan umat Islam dan Rasulullah. Selain itu, Abdullah bin Ubay juga kerap mengadu domba dan menjadi provokator dalam kerusuhan.
Suatu ketika, Abdullah bin Ubay jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Lalu anak laki-lakinya yang bernama Abdillah bin Abdullah bin Ubay mendatangi Rasulullah dengan meminta kain kafan untuk ayahnya dan meminta Rasulullah untuk menyalati ayahnya. Dengan sifat Rasulullah yang tidak pendendam, Rasulullah mendatangi kediaman Abdullah. Namun, saat Umar melihat perbuatan Rasulullah, ia berkata:
“Wahai Rasulullah, kenapa mau menyalatkan Abdullah bin Ubay? Padahal dia adalah seorang yang munafik. Bukankah Allah melarang untuk menyalatkan orang-orang munafik?”
Rasulullah pun menjawab bahwa apabila ia mendapat pilihan dari Allah antara mendoakan atau tidak, maka pilihan beliau adalah berdoa untuk Abdullah bin Ubay. Setelah Rasulullah menyalati jenazah Abdullah bin Ubay, turunlah ayat:
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS. At-Taubah:84)
Rasulullah Saw sering menasihati umatnya untuk menjauhi kedengkian. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
“Tidak akan berkumpul iman dan dengki dalam hati seorang hamba.” (HR.Nasa’i)
Nasihat ini menunjukkan betapa pentingnya seorang muslim untuk membersihkan hatinya dari hasad demi menjaga keimanan.
Baca juga: Menjadi Muslim yang Lebih Baik, Lakukan 5 Hal Ini!
Bahaya Hasad
Adapun di antara bahaya-bahaya dari perbuatan hasad adalah:
Hilangnya berbagai kebaikan
“Manusia selalu dalam keadaan baik, sepanjang ia tidak dengki mendengki.” (HR. Thabrani No. 8079. Dihasankan oleh Al Albani).
Termasuk sifat kaum Yahudi
“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya.” (QS. An-Nisa: 54)
Menyakiti orang muslim
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 58)
Hasad termasuk menyerupai orang musyrik
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. Ali-Imran: 120)
Ingkar terhadap ketetapan takdir Allah Swt
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf: 32)
Sahabat, marilah kita berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan menjauhi perilaku hasad dan memperbaiki diri. Sebagaimana doa Rasulullah Saw, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan nafsuku dan dari keburukan orang yang hasad jika ia dengki”. Semoga kita semua dijauhkan dari sifat hasad dan diberikan hati yang bersih serta penuh rasa syukur. Aamiin. (RQA/Wakaf)