Hendri Saparini, Terkesima Program Kurban Dompet Dhuafa

Hendri Saparini, pengamat ekonomi, dalam Seminar Media, “Pemberdayaan Ekonomi Kurban Sebagai Titik Balik Berdayakan Peternak Negeri” yang digelar Dompet Dhuafa pada Kamis, (3/9), di Menteng, Jakarta Pusat. (Foto: Dompet Dhuafa/uyang)

“Andai pemerintah mampu bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan seperti Dompet Dhuafa yang menggulirkan program kurban dan pemberdayaan lainnya, saya yakin pemerataan kesejahteraan ekonomi tidak hanya dirasakan di tingkat penerima kurban saja, tetapi juga para peternak lokal kita,” ujar Hendri Saparini, Pengamat Ekonomi, dalam Seminar Media, “Pemberdayaan Ekonomi Kurban Sebagai Titik Balik Berdayakan Peternak Negeri” yang digelar Dompet Dhuafa pada Kamis, (3/9), di Menteng, Jakarta Pusat.

Hendri menilai, ada dampak positif yang dapat dilihat dari berbagai aspek atas program kurban yang dijalani Dompet Dhuafa sejak lebih dari 20 tahun ini. Hal tersebut dinilainya dari aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek religius. Selain ketiga aspek tersebut, Hendri juga mengungkapkan, program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa juga memiliki manfaat yang dapat dilihat dari jangka pendek dan panjang.

“Ada manfaat jangka pendek, kalo kita melihat secara makro ini akan memberikan manfaat dan keuntungan. Kalo Dompet Dhuafa memberikan jangka 4 bulan untuk mengembangbiakkan hewan ternak kepada peternak yang diberdayakan dalam program Kampoeng Ternaknya, maka dalam waktu tersebut akan mendapatkan keuntungan paling tidak dalam sisi kesejahteraan ekonomi juga terbantu,” paparnya.

Ia menuturkan, model yang diterapkan Dompet Dhuafa dalam program kurban dan pemberdayaan para peternak lokal tentu saja mampu memberikan dampak positif pada kesejahteraan ekonomi para penerima manfaatnya. Namun ia menilai, kesejahteraan ekonomi tidak hanya dilihat dalam bentuk pemerataan wilayah saja, namun juga dalam tingkat pemerataan gizi.

“Kita tahu bahwa saat ini harga daging sapi begitu mahal, sehingga momen Idul Adha ini tepat, untuk memperbaiki gizi masyarakat, khususnya mereka kaum dhuafa yang mungkin jarang sekali mengkonsumsi daging,” ujarnya.

 Untuk itu, dengan adanya lembaga kemanusiaan seperti Dompet Dhuafa yang menjalani program Tebar Hewan Kurban (THK) dan Kampoeng Ternak Nusantara (KTN) begitu membantu dan memberdayakan. Menurutnya,  rata-rata daging sapi yang dikonsumi di Indonesia 2,5 kilogram per kapita, sedangkan di negara tetangga seperti Malaysia 15 kilogram, dan kalo negara-negara seperti Amerika sudah 40 kilogram per tahun. Ini menandakan tingkat konsumsi daging di negeri sendiri masih rendah.

“Inilah saatnya pemerintah bergerak bersama-sama lembaga kemanusiaan seperti Dompet Dhuafa untuk melakukan perubahan dalam sisi kesejahteraan ekonomi dan peningkatan gizi masyarakatnya. Jadi bukan hanya pemerataan,”

Selain itu, dalam manfaat jangka panjang Hendri menilai, program kurban dan pemberdayaan peternak lokal yang dilakukan Dompet Dhuafa mampu dijadikan projek pemberdayaan bersinergi dengan pemerintah. Misalkan pemerataan kurban yang dilakukan di 33 provinsi, dengan 22.000 hewan kurban, dan dengan jumlah 24.000 ribu peternak yang diberdayakan, ini merupakan hal yang menakjubkan bagi lembaga yang berdiri lebih dari 20 tahun.

“Jadi artinya, ada model pemberdayaan masyarakat yang begitu efektif dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Untuk mensejahterakan para peternak kambing, atau domba, hanya dengan memberikan modal, lalu ditarik lagi modalnya, tetapi untungnya ditinggal. Saya pikir ini begitu efektif, bila Dompet Dhuafa kelak mampu menjadi mediator untuk mengelola dana pemerintah bagi mereka orang-orang yang tidak mampu,” harapnya. (uyang)