Huruf Hijaiyah Kembali Menggema Warga Kampung Pulo

Pasca penggusuran tempo lalu, warga Kampung Pulo berbondong-bondong melangkahkan kaki sembari mengangkut seluruh barangnya menuju Rusunawa yang telah di sediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI.

Berbagai macam raut wajah terlahir dari mereka; ada yang sebagian gembira karena memiliki rumah layak huni daripada tempat asal yang menjadi sasaran genangan air setiap tahunnya. Sebagian lain nampak memendam sedu, seolah tengah kehilangan sesuatu.

Namun beda hal dengan anak-anak, riang berlari ke sana-sini  menelusuri setiap ruangan bak apartemen. Usia belia membuatnya tidak memahami kerumitan perkara yang sedang melanda. Mereka hanya menikmati bermain seharian penuh, selepas sekolah, di permukiman barunya itu.

Perlahan kebiasaan setelah waktu Maghrib, yakni mengaji Iqro atau Qur’an mulai terhenti karena kesibukan para pembimbing yang harus mengurusi perpindahan tempat tinggal atau menunggu kondisi sampai stabil. Alhasil, syahdu lantunan ayat dari mulut-mulut mungilnya tak terdengar lagi.

“Sebelumnya di Kampung Pulo setiap ba’da Maghrib suka ada pengajian oleh ustadz-ustadz di sana. Ya… anak-anak pada rajin belajar mengaji,” tutur Ibu Nurhayati, warga Kampung Pulo.

“Sekarang kan kondisinya masih sibuk pindahan jadi belum ada pengajian-pengajian, mungkin kedepannya akan ada lagi kaya biasa,” tambahnya.

Melihat kondisi demikian, Dompet Dhuafa melalui Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) menggelar acara pengajian untuk anak-anak, beberapa hari yang lalu. Selain menghidupkan kembali kebiasaan di lokasi tersebut, acara ini juga guna memberikan kegiatan positif.

“Pengajian ini akan dilakukan secara berkala sampai enam bulan ke depan, selama proses relokasi, agar anak-anak tumbuh kembang lebih baik dan dapat melanjutkan kebiasaannya untuk mengaji,” ujar Lukman, koordinator layanan. Selain itu ia menjelaskan bahwa bukan hanya pengajian, tetapi ditambah games edukasi dan menggambar. (LPM Dompet Dhuafa/Rahmat)

 

Editor: Uyang

 

 “22 tahun Dompet Dhuafa Tumbuh Bersama, mari bergandeng tangan wujudkan kemandirian”