Ikhtiar Buruh Migran Indonesia Capai Kesuksesan

Darpa Emon, salah satu alumni buruh migran Indonesia merawat hewan ternaknya beberapa waktu lalu. Darpa Emon kini berikhtiar menjadi wirausahawan demi mengukir sukses. (Foto: Dokumentasi BMI Dompet Dhuafa)

 

Menjadi Buruh Migran Indonesia (BMI) merupakan pilihan terakhir untuk keluar dari kemiskinan. Itulah yang mendasari BMI ini berangkat kerja ke luar negeri beberapa tahun silam. Meskipun begitu, bukan berarti BMI ini hanya bercita-cita menjadi BMI selamanya. Justru menjadi BMI, merupakan modal untuk berwirausaha di daerah tempat tinggalnya.

Awalnya lelaki bernama lengkap Darpan Emon ini tidak memiliki niat sama sekali untukmenjadi seorang pekerja migran. Apalagi ia berlatar belakang pengusaha atau pebisnis. “Dulu saya punya usaha buat emas, namun karena krisis moneter, usaha tersebut bangkrut karena toko-toko yang saya kirimi barang tidak pada sanggup membayar,” terangnya. Namun tuntutan ekonomi yang semakin tinggi pasca moneter membuat Darpan memilih untuk menjadi pekerja migran.

“Saat itu pilihannya sangat sulit. Bekerja susah, apalagi bangun usaha. Akhirnya terpaksa saya mencari kerja di negara orang,” tambahnya. Lantas Darpan pun mendaftarkan diri untuk menjadi TKI di Malaysia pada tahun 1998. Tepatnya di Selangor, Darpan bekerja di proyek irigasi sawit.

Di Malaysia, Darpan tidak lama karena perusahaan yang mempekerjakannya mengalami pailit. Ia pun kemudian pindah ke Kalimantan dan menetap di sana hingga tahun 2003. Sejak itu, ia sudah tidak memiliki niat untuk menjadi pekerja migran. “Di Malaysia, gaji dapatnya susah, makan susah, komunikasi juga susah, dan perlakukannya kepada pekerja Indonesia kurang baik,” terang Darpan. Akhirnya pengalaman pahitnya itu membuat ia bekerja serabutan asalkan ada di negeri sendiri.

Empat tahun, Darpan merantau ke Kalimantan. Awal tahun 2004, ia pun memutuskan pulang ke kampung halaman di Indramayu karena orang tua yang sudah sepuh. Selain itu, hasrat wirausahanya kembali muncul. Darpan mulai dipercaya seorang investor untuk mengelola sawah dan kambing.

“Di sini saya mengelola 2,5 hektar sawah, kebun dan ternak kambing,” akunya. Selain mengelola usaha ternak dan tani, diakui Darpan, dirinya juga kerap dijadikan konsultan oleh masyarakat sekitar dalam membangun dan mengembangkan usaha mereka. Apalagi Drapan tergabung dalam usaha kelompok tani di daerahnya. Pengalamannya yang mumpuni seputar bisnis dan pertanian, membuat ia disegani.

Selain itu, jaringannya yang luas membuat ia dipercaya untuk menjual dan mengirim hasil pertanian di daerahnya. ‘Saya memang sering diminta bantuan oleh teman atau warga sekitar tentang cara mengembangkan bisnis mereka. Seperti teman saya yang punya angkot, dulu dia sering minta nasehat saya dan sekarang alhamdulillah sudah memiliki 3 buah angkot,” paparnya.

Seolah tak ingin berkutat di situ saja, Darpan lalu mengembangkan bisnis rental. “Konsepnya sama, ada orang lain yang jadi investornya, saya yang mengelola,” katanya. Malahan menurut Darpan, belakangan ini ia pun sudah mulai memberanikan diri untuk berinvestasi di bisnis rental mobil ini. “Sekarang saya ingin fokus mengembangkan bisnis sendiri,” celetuknya.

Selain berbisnis rental mobil, Darpan pun sedang berupaya mengembangkan bisnis kerupuk kulit. Kulit-kulit kerbau yang ia datangkan dari luar Indramayu itu kemudian ia kelola dengan dipotong-potong, di jemur dan di goreng. Kerupuk-kerupuk kulit tersebut lalu ia kemas rapi dan ia jual ke warung-warung, bahkan sampai ke Jakarta. “Permintaan akan kerupuk kulit ini lumayan untuk daerah luar Indramayu,” terangnya. Makanya Darpan mengaku akan lebih menyeriusi bisnis kerupuk kulit ini.

Diakui Darpan bahwasanya peluang usaha di Indonesia masih terbuka lebar. Menurutnya yang sudah berpengalaman bekerja di luar negeri, lebih enak mengembangkan usaha di Indonesia daripada menjadi kuli di negeri orang. “Kalau majikan enak mungkin rasanya enak. Tapi kan tidak semua pekerja migran dapat majikan enak. Kebanyakan saya dengar dan saya alami, majikan yang kurang enak,” pungkasnya.

Maka dari itu, Darpan berharap masyarakat Indonesia yang memang masih memiliki keinginan sebagai pekerja migran, hendaknya sudah memikirkan jenis usaha yang akan ia kembangkan. Sehingga uang yang didapat bisa dibuat usaha di dalam negeri. Lagipula, potensi di dalam negeri masih banyak yang bisa dijadikan peluang usaha. Karena dengan berwirausaha kita bisa menentukan penghasilan sendiri, dapat berkumpul dengan keluarga. “Pokoknya kalau pulang harus bisa memanfaatkan dananya dengan baik,” tukas Darpan. (Uyang)