Ikuti Diaspora Development, Rian Bertekad Ubah Kondisi Ekonomi Keluarga

Oleh: Gie

Bagi mayoritas lulusan sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat, bisa melanjutkan studi ke universitas adalah sebuah kesempatan yang berharga. Sebab, universitas atau pendidikan tinggi membuka kesempatan secara luas bagi seseorang meraih ilmu pengetahuan. Dengan begitu, pendidikan tinggi diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sesorang sehingga menjadi manusia yang memiliki standar sumber daya manusia ideal.

Nikmat mendapatkan kesempatan berkuliah pula disyukuri oleh Rian Ardiansyah (19). Pria asal Pandeglang, Banten tersebut berkesempatan berkuliah dalam program Diaspora Development yang diinisasi Dompet Dhuafa dan Yayasan Tazakka. Dalam program tersebut, Rian akan berkuliah sekaligus bekerja di luar negeri.

“Alhamdulillah. Saya senang bisa ikut program Diaspora Development karena bisa bekerja sekaligus kuliah,” ujar Rian saat peluncuran program akhir Januari lalu di Tangerang, Banten.

Melalui program Diaspora Development, Rian akan menjadi tenaga kerja berketerampilan khusus di luar negeri sekaligus menjalani kuliah jarak jauh dengan sistem on line. Rencananya dalam dua tahun pertama, Rian akan bekerja di Malaysia.

“Program ini enam tahun. Nanti setelah di Malaysia akan diberangkatkan lagi ke negara lain seperti Singapura dan Taiwan, Province of China,” imbuh alumnus sebuah Madrasah Aliah di Pandeglang ini.

Rian menceritakan, ia tertarik mengikuti program Diaspora Development setelah menerima sosialisasi program saat masih duduk di kelas 3 Madrasah Aliah. Ia pun mendaftar setelah lulus Madrasah Aliah.

Saat proses seleksi wawancara, Rian pun ditanya komitmen dan kesanggupan mengikuti program Diaspora Development. Rian mengatakan dirinya siap demi mengubah kondisi ekonomi sekaligus mengangkat martabat keluarganya. Orang tua dan keluarga menjadi motivasi Rian.

“Ayah saya buruh tani. Dengan ikut program ini, saya bertekad bekerja keras untuk sukses. Mengangkat martabat keluarga saya. Pulang dari program nanti saya ingin membuka usaha, jadi penguasaha,” tegasnya.

Bekerja jauh dari keluarga, apalagi luar negeri yang berbeda budaya dan bahasa, diakui Rian akan menjadi tantangan yang tidak mudah. Meski begitu, ia siap menjalaninya dengan kesungguhan dan kerja keras lantaran tidak ada kesuksesan tanpa disertai perjuangan.

Rian merupakan satu dari 31 peserta Diaspora Development gelombang pertama. Mereka mayoritas berasal dari keluarga kurang mampu. Selesai program, para penerima manfaat diharapkan bisa mengumpulkan modal hingga cukup untuk kemudian dipakai membuka lapangan kerja atau perusahaan saat kembali ke Indonesia. Dalam setahun, program Diaspora Development ini menargetkan 1.000 peserta.

Sebelumnya, para peserta mengikuti seleksi wawancara oleh Dompet Dhuafa dan Yayasan Tazakka. Sarat utama adalah siap mental dan berkomitmen untuk menjalani program hingga selesai. Mereka pun harus mendapatkan izin dari orang tua.