Ikuti Pelatihan Keterampilan dari Dompet Dhuafa, Dede Sukses Bangun Usaha

Dede saat memperbaiki telepon seluler konsumen di konter HP miliknya. (Foto: Yogi/Dompet Dhuafa)

Berawal dari pertemuan tak sengaja dengan seorang instruktur Institut Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa, Dede Syafrudin (26) memulai hidup baru. Ia tak menyangka dari pertemuan saat pengajian di salah satu masjid itu akan mengubah hidupnya menjadi seorang pengusaha.

Dede merupakan salah seorang alumni IK Dompet Dhuafa. Selepas mengikuti pelatihan teknisi hand phone (HP) IK selama dua bulan, ia memberanikan diri buka usaha servis HP pada 2008 silam.

Ditemui di rumahnya di bilangan Cibubur, mengenakan kaos oblong warna putih Dede berkisah mengenai perjalanan hidup. “Selepas pengajian itu saya diajak gabung untuk ikut pelatihan di IK karena saat itu saya memang nganggur,” kata Dede.

Atas rekomendasi tersebut, ia memutuskan untuk mendaftarkan diri karena ingin berubah. Dede mengaku ia ingin menjadi sosok manusia yang bisa mandiri.

Pengalaman selama setahun sebagai seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi memacunya untuk berubah. “Sebelum saya menganggur itu saya pernah jadi TKI. Waktu itu kontrak tiga tahun, tapi saya hanya setahun. Saya gak kuat,” kenang Dede.

Menjadi TKI, tutur Dede, telah memberikan pelajaran bahwa pilihan menjadi pekerja, terutama di negeri orang bukanlah pilihan tepat. Oleh karenanya, ia bertekad menjadi pengusaha yang bebas tanpa ada ikatan.

Dede memulai usaha dengan bekal tabungan hasil saat menjadi TKI. Ia kumpulkan sedikit-sedikit untuk membeli perlengkapan servis HP. Perlahan tapi pasti, usaha pria kelahiran Sumedang, 23 Oktober ini berkembang. Kini, tak hanya servis HP, ia melebarkan usaha dengan jasa barber (potong rambut) dan rental mobil.

“Alhamdulillah usaha saya bisa seperti ini. Membuka usaha sendiri itu nikmat, bebas,” ucapnya.

Mendapatkan pelatihan di IK Dompet Dhuafa, aku Dede, tak hanya bicara soal teknis. “Kami juga diberi ilmu mengenai entrepreneurship. Bagaimana membentuk mental seorang pengusaha,” imbuhnya.

Sebagai alumni IK Dompet Dhufa, Dede pun memiliki pesan kepada almamater para penerima manfaat program. Ia berpesan agar mereka memanfaatkan program tersebut dengan menunjukkan usaha maksimal.

“Pesan saya sih buat mereka yah total aja dalam usaha. Jangan setengah-setengah jalaninnya,” terang Dede.

Menjadi salah seorang penerima manfaat IK Dompet Dhuafa, Dede merasa bersyukur. Perubahan hidup lebih baik setidaknya dapat ia capai sejauh ini.

“Alhamdulillah berkat para donatur juga kita bisa begini. Yang kita terima benar-benar bermanfaat,” pungkas Dede.

Masalah pengangguran menjadi pelecut berdirinya IK pada 2005. IK hadir sebagai program yang ditawarkan Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan secara signifikan. Sejak berdiri hingga 2013, lebih dari 4.000 orang memiliki life skill yang dikembangkan melalui kegiatan kewirausahaan (start up entrepreneur). (gie)