In Memoriam: Bung Alwi Shahab, Wartawan Lintas Zaman

SIARAN PERS, JAKARTA — Melalui laman akun Twitter @republikaonline , tersiar kabar duka yang kembali datang menghampiri dunia jurnalistik Indonesia. Tokoh pers dan wartawan senior Republika, Alwi Shahab (84), meninggal dunia pada Kamis (17/9/2020) dini hari WIB.

Seorang wartawan senior kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1936, itu, telah menjalani profesinya selama lebih dari 40 tahun. Memulai karirnya sejak tahun 1960 sebagai wartawan, kantor berita Arabian Press Board di Jakarta. Di samping sebagai budayawan Betawi, Abah Alwi–begitu kerap disapa–merupakan tokoh yang konsisten di dunia pers.

Dalam kenangan Parni Hadi, Inisiator dan Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa, Alwi Shahab merupakan seorang sahabat sekaligus seniornya di Antara. Parni mengajaknya bergabung dalam koran Republika tahun 1993. Pun, Alwi merupakan seorang saksi mata ketika Parni Hadi menginisiasi Dompet Dhuafa pada 2 Juli 1993.

Mengenang seorang sahabat pergi, Parni Hadi pun menuliskan sebuah puisi yang mengantar doa untuk seorang Alwi Shahab:

 

In Memoriam: Bung Alwi Shahab, Wartawan Lintas Zaman

 

Bung Alwi, terkejut saya dengar Bung dijemput malakul maut dini hari tadi.

Bung, engkau dijemput pada usia lanjut.

Tak semua orang mendapat karunia Allah seperti Abah.

Semoga husnul khotimah, Al Fatihah.

 

Bung Alwi, engkau seniorku di Antara.

Satu-satunya pensiunan yang saya ajak serta gabung, awali jaga gawang koran Republika tahun 1993.

Terbukti, engkau mampu tunjukkan sebagai reporter senior,

Mantan wartawan istana zaman Pak Harto.

Engkau kenalkan aku lingkungan istana presiden.

Engkau antar aku ambil kupon jatah makan wartawan di warung nasi, sambil nongkrong, omong kosong.

 

Juga saya dengar darimu lelucon khas orang Arab.

Lucu deh, saya terkekeh setiap ingat kisah si kakek mengajak membunuh setan itu.

 

Bung Alwi, engkau juga saksi mata waktu Dompet Dhuafa (DD) saya inisiasi 2 Juli, 1993.

Bung, kami semua berkabung.

 

Bung Alwi, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.

Politisi mati meninggalkan simpati, benci, gunjingan miring.

Pedagang mati meninggalkan hutang,

Dhuafa mati tinggal tulang belulang.

Wartawan mati mewariskan tulisan.

 

Engkau adalah teladan.

Bung Alwi, selamat jalan!

Aku, yuniormu, temanmu.

 

(ph 17.9.20).

 

Sejak Agustus 1963, Alwi Shahab bekerja di Kantor Berita Antara. Berbagai jenis liputan digelutinya saat di Antara, mulai dari reporter kota, kepolisian parlemen, sampai bidang ekonomi. Selama sembilan tahun (1969-1978), anak Betawi kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat ini, menjadi wartawan Istana. Sepanjang bertugas sebagai wartawan, Alwi Shahab kerap melakukan liputan di luar negeri.

Pensiun dari Antara tahun 1993, ia bergabung dengan Harian Umum Republika. Koran yang usianya relatif muda ini, tanpa kesulitan, Abah Alwi langsung beradaptasi dengan lingkungan baru yang dihuninya. Sejak di Republika, ia mulai menulis artikel-artikel tentang sejarah kota Jakarta, baik dalam bentuk tulisan lepas, di rubrik kebudayaan, maupun di rubrlik Sketsa Jakarta dan Nostalgia.

Selamat jalan, wartawan senior Republika, Alwi Shahab. (Dompet Dhuafa)