Indahnya Sejarah Singkat Kurban

Kurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam. Ibadah kurban merupakan bentuk kepasrahan dan keikhlasan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kurban dilaksanakan di Hari Raya Idul Adha bertepatan pada 10 Dzulhijjah dalam kalender islam. Ternyata sejarah kurban menyimpan cerita indah. Buah kebesaran hati Sarah juga kesabaran dan keteladanan dari Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail yang percaya bahwa apa yang Allah perintahkan adalah jalan hidup terbaik yang harus ditempuh.

Awal kisah bermula saat Nabi Ibrahim dengan istrinya Sarah belum memiliki buah hati hingga lanjut usia, Sarah lantas meminta Ibrahim untuk menikah lagi. Awalnya, Ibrahim menolak permintaan Sarah karena baginya, Sarah lah satu-satunya wanita yang ada di hatinya. Namun Sarah bersikeras meminta Ibrahim menikahi wanita lain dan berharap dari pernikahan tersebut sang suami akan mendapatkan keturunan.

Dengan berat hati namun tetap menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, Ibrahim memenuhi permintaan Sarah untuk menikah lagi. Ibrahim lalu mempersunting budaknya, Hajar. Lalu Ibrahim pun berdoa kepada Allah. “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang shaleh” (As Saffat : 100)

Dan saat itu, Allah pun mengabulkan doa tersebut. “Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang sangat sabar” (As Saffat : 101)

Kemudian lahirlah Ismail. Kelak Ismail akan menjadi seorang Nabi yang kesabarannya dituliskan dalam Al-Qur’an.

Singkat cerita, ketika Ismail sampai pada umurnya (beberapa ahli sejarah menyatakan umur kenabian) Ibrahim bermimpi, dalam mimpi tersebut ia diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail.

Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi untuk menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?”

“Wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah, kau akan temui aku sebagai orang yang sabar” Jawab Ismail

(As Safaat : 102)

Tidak lama setelah itu, Ibrahim dan Ismail menuju lokasi penyembelihan sesuai dengan mimpi Ibrahim. Lokasinya terletak di Mina, Makkah. Dalam perjalanan menuju lokasi, syaitan datang tiga kali menggoda Ibrahim untuk tidak menyembelih Ismail. Setiap kali syaitan datang, Ibrahim mengusirnya dengan cara melempar kerikil kecil sebanyak tujuh kali dengan mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar” hingga syaitan tersebut menghilang.

Sesampainya dilokasi, Ibrahim mempersiapkan segalanya. Kemudian Ibrahim meletakkan Ismail di atas batu di sebuah bukit kecil. Ibrahim dan Ismail telah dalam posisi siap. Kepasrahan dan Keikhlasan mereka telah sampai pada puncaknya.

“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah)” (As Safaat 103)

Kemudian Ibrahim mengayunkan pedangnya, sesaat sebelum pedang itu mengenai leher Ismail, Jibril menahan pedang tersebut. Lalu turunlah wahyu.

“Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.” (As Safaat 104 – 108)

Kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim tersebut, menjadikan peristiwa bersejarah, yang kemudian dijadikan sebuah ibadah sunnah yang utama bagi umat Islam pada hari Raya Idul Adha untuk berkurban. Sekaligus bukti bahwa hikmah berkurban dengan apa yang kita sangat-sangat cintai meningkatkan ketakwaan dan kesabaran kepada Allah.

Janganlah takut berkurban. Kurban kita masih lebih ringan dibandingkan Nabi Ibrahim. Yuk berkurban melalui Dompet Dhuafa. Klik disini