PALU, SELAWESI TENGAH — Pada Bulan Agustus 2021 lalu, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa bersama mitra-mitra lembaga lainnya membuka program pelatihan inklusi, yaitu Partners for Inclusion: Localising Inclusive Humanitarian Response (PIONEER). Maka 12 bulan sudah program ini telah berjalan dan akan terus berjalan hingga bulan ke-14 nanti. Program Pioneer ini melibatkan puluhan orang penyandang disabilitas khususnya yang berada di Palu, Sulteng dan sekitarnya.
Salah satu peserta program ini adalah Irmansyah (42). Pada salah satu acara workshop Pioneer yang berlangsung selama 2 (dua) hari pada Selasa-Rabu (23-24/08/2022) di Tanaris Coffee, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah, ia turut hadir mengikuti setiap rangkaian acaranya. Pria asal Kelurahan Tana Modindi, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu ini bekerja sebagai pedagang kuliner kue pia bersama sang istri. Ia mengaku mengikuti program Pioneer sejak awal dibuka.
Saat ditemui oleh tim Dompet Dhuafa, ia mengaku banyak mendapat pembelajaran dan wawasan selama aktif mengikuti program Pioneer ini. Irmansyah menjadi salah satu peserta yang sangat aktif dalam upayanya mengembangkan potensi diri. Hal ini dinyatakan oleh Fabio Dinasti selaku perwakilan Management Pioneer.
Aktivitas sehari-hari pak Irmansyah adalah seorang pedagang kuliner di rumah bersama sang istri. Sebelum mengikuti program ini, ia mengaku hanya berdagang sebagaimana orang melakukannya. Namun, semenjak ikut program Pioneer, ia mengaku menjadi lebih tertib secara administrasi, keuangan, bahkan rencana-rencana jangka panjang.
“Saya merasa banyak perubahan selama mengikuti program Pioneer ini dengan peningkatan kapasitas. Bagi saya, program ini betul-betul menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang softskill masing-masing individu. Terutama terkait hal kemitraan, teknik bersosial, cara berpartisipasi, dan mengetahui potensi diri. Sebelumnya, saya hanya berdagang kue biasa. Namun dengan dibimbing melalui program Pioneer, saya jadi mengerti teknik-teknik membuat proyek, membuat dan mengajukan proposal, dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan hingga pelaporan,” jelasnya, pada Rabu (24/08/2022).
Ia juga mengatakan, Pioneer semakin banyak memupuk rasa kepedulian dan kemanusiaan, baik terhadap masyarakat, terhadap teman-teman sesama disbilitas, hingga penanggulangan serta respon dalam kebencanaan. Ia dan teman-teman peserta lainnya terpantik untuk ingin terus berbagi kepada sesama disabilitas bagaimana membangun rasa percaya diri. Para peserta pun menyadari bahwa dirinya bukan hanya sebuah objek pada kemanusiaan, namun juga subjek sebagai orang yang aktif melakukan tindakan-tindakan kebaikan.
“Itu lah nilai plus yang saya rasakan di kegiatan ini,” sambungnya.
Sebelumnya, para peserta disabilitas mengakui belum begitu percaya diri untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Namun karena Pioneer terus meyakinkan dan membimbing, juga melibatkan pemerintah-pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan, maka mereka semakin menjadi percaya diri untuk bisa maju seperti orang-orang lain pada umumnya.
“Harapan saya sebagai seorang disabilitas kepada teman-teman disabilitas, tidak hanya di Palu saja melainkan juga seluruhnya, bahwa kita bisa melakukan hal lebih. Tidak hanya di rumah atau lingkungan kita saja, nemun juga di luar ketika kita dilibatkan dan diberdayakan, kita bisa berbuat lebih. Harapan saya, disabilitas bisa berdaya apabila diberi kesempatan dan arahan,”pungkasnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)