Jalidi, Mendulang Rupiah Dari Usaha Bantal Rajutan

Sore itu, rintik-rintik hujan masih menyapa kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Terlihat, sesosok laki-laki paruh baya tengah asyik merampungkan rajutan bantal-guling hasil buatan tangannya sendiri yang juga merupakan usaha home industry yang dilakoni 5 tahun terakhir ini. Ya, Bagi Jalidi (43), menjadi pengrajin bantal, merupakan profesi yang dijalaninya dalam menafkahi keluarga.

Sebelum memilih berprofesi sebagai pengrajin bantal, Jali, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini, tidak menekuni usaha apapu. Namun, biaya hidup yang semakin berat, ditambah lagi kebutuhan 2 orang buah hatinya yang membutuhkan biaya pendidikan yang cukup besar, membuatnya semakin bersemangat untuk mandiri membuka usaha.

“Kalo saya nggak berusaha uang dari mana buat makan anak istri? Makanya saya bersyukur bisa punya keterampilan membuat bantal,” ujarnya saat ditemui pada Selasa (20/1) lalu di kediamannya di Arinda, Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Jali menuturkan, keterampilannya dalam membuat bantal ia peroleh secara otodidak. Untuk bahan-bahan dalam pembuatan batal, ia mengaku memperolehnya dari limbah-limbah pabrik kain di wilayah Serpong, Tangerang.

“Saya pakai dakron buat bahan bantalnya. Karena dakron lebih aman dari pada kapuk. Seratnya juga lebih halus,” ujarnya.

Dalam sebulan, biasanya Jali mendapat pesanan pembuatan bantal sebanyak 5 kali orderan. Dalam 1 kali produksi, biasanya ia mampu meraih keuntungan sebesar Rp 600 ribu. Harga beraneka jenis bantal pun ditawarkannya cukup beragam, mulai dari Rp 15 ribu (bentuk persegi panjang ukuran sedang) hingga Rp 50 ribu (bentuk persegi panjang ukuran besar).

“Alhamdulillah, keuntungannya bisa buat nambah uang saku anak sama kebutuhan dapur,” ucapnya tersenyum.

Jalidi bercerita, sebelum usaha bantal rajutannya berjalan lancar, ia sempat terkendala modal usaha. Kondisi tersebut sempat membuatnya putus asa kala itu. Berbagai usaha pun ia lakukan, mulai dari meminta bantuan ke kerabat terdekat, tetangga, dan sahabat-sahabat lamanya. Namun, semua yang dilakukan tak sesuai yang diharapkan. Tidak henti-hentinya, pria asal Purwokerto, Jawa Tengah ini selalu berdoa, agar diberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha, untuk menggeluti usaha yang diimpikannya itu.

Selang beberapa bulan kemudian, seorang sahabat lamanya datang menyambangi kediamannya. Setelah melepas kerinduan, pun memberanikan diri untuk menceritakan kesulitan yang dihadapi ia dan keluarganya.

Beruntung, setelah mendengar cerita Jalidi, sang sahabat menyarankannya untuk datang berkunjung ke Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa, Cabang Tangerang Selatan. STF sendiri merupakan program ekonomi Dompet Dhuafa yang memainkan peran sebagai bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan), yakni meminjam dengan pengembalian tanpa tambahan bunga maupun bagi hasil.

Setelah mendengar pengalaman dan cerita dari sahabatnya terkait Program STF, Jalidi langsung mendaftar dan bergabung dengan Program STF Dompet Dhuafa. pinjaman modal usaha sebesar Rp 750 ribu pun dimanfaatkannya untuk membeli bahan-bahan untuk pembuatan bantal dan guling.

Dengan usaha yang sedang dirintisnya tersebut, ia sangat berharap, usaha yang dijalaninya tersebut dapat menjadi titik terang, bagi Jalidi dan keluarganya. Ia juga sangat bersyukur dengan Dompet Dhuafa yang mau membantunya meminjamkan modal usaha. (uyang)