JogjAgrowisata, Meninjau Langsung Pemberdayaan Dompet Dhuafa

BANTUL, YOGJAKARTA — Berbagai inovasi teknologi selalu ditingkatkan dari tahun ke tahun, Dompet Dhuafa dengan program Tebar Hewan Kurban (THK) #JadiManfaat siap membantu masyarakat untuk bekurban dan membantu roda ekonomi para peternak di sejumlah daerah.

Pengembangan sentra ternak dan tani Dompet Dhuafa, dikembangkan dengan mekanisme pendanaan blended finance untuk memadukan sumber dana zakat produktif, wakaf, dan investasi.

Rabu – Kamis (29-30/06/2022) kemarin, Dompet Dhuafa menggelar agenda dengan tema “Journey to JogjAgroWisata Tebar Hewan Kurban 1443 H #JadiManfaat” ini mengajak para jurnalis hingga blooger untuk melihat sentra tani dan ternak yang dibina dan dibimbing oleh Dompet Dhuafa. Selain melihat langsung program Dompet Dhuafa, para jurnalis dan blogger mendapatkan ilmu tentang pengelolaan manajemen zakat produktif, wakaf dan investasi. Rangkaian kegiatan pertama menuju DD Farm di Kulonprogo, Mina Padi di dusun Polaman, dan Lidah Buaya di Gunungkidul, Yogyakarta.

Potensi pertanian di daerah tersebut memang cukup bagus, maka harapannya Mina Padi meningkat dari sisi hasil padi pertanian kemudian penjualan ikan yang di sawah, dijelaskan Zahron juga mengalami peningkatan.

“Dari awal kita memulai dari 800 meter sekarang 3,5 Ha. Dompet Dhuafa juga membentuk kelembagaan kelompok untuk saling membantu agar saling menguatkan ketika musim tanaman tidak yang kekurangan,” ujar Pimpinan cabang Dompet Dhuafa Yogyakarta, Zahron mengatakan dalam proses Mina Padi kami berperan sebagai fasilitator.

Di sisi lain Program THK Dompet Dhuafa tidak hanya menebarkan hewan kurban semata, tetapi juga memberdayakan para peternak dan petani binaan yang tergabung dalam program Kampung Ternak Nusantara. Dengan kata lain, program THK Dompet Dhuafa adalah perwujudan dari model bisnis sosial yang turut mengangkat perekonomian para peternak binaan yang telah ada selama ini.

Salah satunya dengan meningkatkan daya cipta teknologi maupun edukasi industri peternakan dengan mengembangkan teknologi ASLIS (Teknologi Monitoring Peternakan), ASLIS merupakan teknologi monitoring pertumbuhan berat ternak berbasis IoT yang terkoneksi dengan dashboard khusus untuk membantu pendataan, mitigasi resiko peternakan, hingga menghubungkan data peternakan ke para pemilik. Teknologi masa depan yang akan diperdayagunakan di industri peternakan diharapkan dapat memicu pertumbuhan kualitas maupun kuantitas ternak yang diperdayakan.

“Kebetulan sekarang ini juga sedang ada instalasi alat timbang itu instalasi timbangan namanya ASLIS itu mereka berusaha untuk membuat penjualan hewan kurban itu tidak perlu ketemu masuk ke kandang tetapi bagaimana caranya mereka mendata hewan kurban dengan mudah kemudian nanti masuk ke aplikasi setiap bulan akan ada update tentang hewan kurban tersebut bobotnya fotonya dan sebagainya sehingga jika ada pembeli yang mau beli itu bisa langsung lihat Di HP yang lain tersebut tinggal pilih hewannya dan tahu foto terkininya gitu dan jika mau beli tinggal klik beli, kita akan kerjasama dengan salah satu startup.” Ucap Satiya Jati, selaku Lurah Kandang Dompet Dhuafa Farm.

Selain Peternakan, Dompet Dhuafa mengembangkan Pasar Ikan Mina Padi di dusun Polaman, Sedayu, Bantul, Madu Wanagama dan Lidah Buaya di Gunungkidul, Jogjakarta. Para jurnalis diajak untuk melihat dan praktik langsung di setiap lokasi agar mengetahui cara dan proses pengolaan dari awal hingga akhir.

Dengan adanya agenda “Journey to JogjAgroWisata Tebar Hewan Kurban 1443 H #JadiManfaat” ini jurnalis dikenalkan dengan teknologi ASLIS yang akan digunakan oleh Dompet Dhuafa kedepannya, selain itu juga untuk mensosialisaikan program pemberdayaan dan pengembangan zakat produktif Dompet Dhuafa berbasis pertenakan, pertanian hingga UMKM, juga guna menyebarkan informasi yang akurat kepada peternak dan konsumen terkait identifikasi dan pencegahan wabah PMK pada Hewan Kurban.

Di akhir perjalanan agenda JogjAgrowisata mengunjungi program pemberdayaan Lidah Buaya (Aloe Vera). Widodo, selaku penerima manfaat program Aloe Vera, menjelaskan, “Sebanyak 100 keluarga dari 7 RT di Desa Katongan mendapatkan bantuan berupa 50 benih Aloe Vera setiap keluarga. Sejak saat itu, tumbuhan aloevera mulai menghiasi setiap sudut rumah-rumah di desa tersebut. Karena tumbuh tak kenal musim, para ibu-ibu kini lebih produktif membudidayakan Aloe Vera”.

“Dulu dapat bantuan sebanyak 50 benih Aloe Vera tiap keluarga, yang dapat 100 keluarga di desa ini mas. Jadi tiap rumah pasti ada Aloe Vera. Jadilah disitu desa ini dikenal jadi ‘Desa Aloe Vera’”, pungkas Widodo.

Tidak hanya sampai pemberian benih, Dompet Dhuafa ikut serta menemani pengembangan produk terusan Aloe Vera di Desa Katongan. Melalui diskusi dan beberapa kali ujicoba, akhirnya produk minuman berbahan dasar Aloe Vera lahir. Pengemasan yang dulu sederhana, kini dikemas dengan lebih menarik. (Dompet Dhuafa / DIY)