Kebut Pemulihan Di Tolikara

TOLIKARA, PAPUA – Pasca insiden Tolikara pada pelaksanaan shalat Idul Fitri sepuluh hari lalu, umat Muslim di Tolikara masih mengalami trauma untuk melaksanakan shalat berjamaah. Ada rasa phobia saat bergerumul karena takut dikira melakukan aktivitas keagamaan. Diakui oleh Imam Al Faruq, Koordinator Program Dakwah Nusantara Dompet Dhuafa, ada beberapa pihak yang memanfaatkan kondisi ini untuk menebarkan rasa takut. Adapun shalat Jumat berjamaah dilangsungkan di Gedung Koramil. Kegiatan yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa ini diikuti oleh sekitar dua ratus jamaah.

Mulai Jumat (24/7)Masjid Baitul Mustaqin Tolikara kembali dibangun, berlokasi di belakang gedung Koramil. Dana pembangunan yang berasal dari sumbangan donatur yang disalurkan melalui rekening Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Selain menjadi tempat ibadah baru, pembangunan masjid juga diharapkan dapat menata kembali kehidupan masyarakat di Tolikara.

“Ditargetkan pembangunan masjid selesai secepatnya, sehingga dapat dipakai untuk shalat Jumat pada minggu ini dan kedepannya”, ujar Imam saat dihubungi via telepon, Senin (27/7).

Hingga saat ini Dompet Dhuafa masih fokus pada pembangunan masjid. Namun, diakui Imam, bidang ekonomi dan pendidikan di Tolikara juga perlu mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari siswa SMA yang masih belum dapat membaca. Karena kegiatan belajar mengajar juga tidak dilakukan setiap hari.

Menurut hasil laporan pandangan mata Imam, kegiatan produksi yang ada di Tolikara sedikit. Warga Tolikara sendiri terdiri dari masyarakat distrik (asli Papua) dan masyarakat pendatang. Masyarakat distrik sendiri tidak semuanya menerapkan pola produksi kebutuhan, namun hanya menjadi konsumen dari hasil yang ada. Setiap mendapatkan uang, mereka lebih memilih untuk membeli nasi daripada beras, padahal harga atau nilai barang masak di Tolikara bisa mencapai 4x lipat dari bahan mentahnya.

“Selain itu, tanah Tolikara yang subur belum dimanfaatkan oleh masyarakat distrik. Kegiatan bertanam padi, sayuran, dan tanaman lain dilakukan oleh masyarakat pendatang. Oleh karena itu diperlukan program pendampingan pemberdayaan SDM agar masyarakat distrik mempunyai paradigma ekonomi yang baik juga kedepannya,” pungkas Imam. (Dompet Dhuafa/Erni)