Keterbatasan Ekonomi, Yanuar Tetap Lanjutkan Kuliah

Awalnya Angga Yanuar Pratama (19) tak begitu yakin dapat melanjutkan pendidikannya hingga ke tingkat sarjana. Maklum, penghasilan orangtuanya yang pas-pasan menjadi kendala terbesarnya untuk dapat masuk ke perguruan tinggi yang selama ini ia impikan. Sang ayah hanya berprofesi serabutan dengan penghasilan yang terbilang sangat minim, hanya sanggup membiayai pendidikannya hingga tingkat SMK.

“Bapak kerjanya pindah-pindah profesi. Dulu jadi pengrajin batik, terus pernah merantau ke Malaysia juga, nggak lama balik lagi ke rumah bantu kerabat memproduksi batu bata. Bisa dibilang bapak pekerja serabutan dan pendapatan yang dihasilkan sangat minim,” terang pemuda asal Klaten, Jawa Tengah ini.

Keterbatasan ekonomi yang begitu sulit tak menghalanginya untuk terus melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Dengan segala usaha dan doa yang dipanjatkan setiap harinya membuat Angga,  mahasisiwa Jurusan Teknik Informatika Universitas Brawijaya  sekaligus penerima manfaat Beastudi Etos Dompet Dhuafa ini terus melanjutkan mimpi meraih cita-cita.

“Yang penting sekarang usahanya dulu sama berdoa. Pasti Allah akan memudahkan langkah kita ke depannya,” papar mahasiswa yang hobi bermain komputer ini.

Meski terkendala masalah biaya pendidikan, bukan berarti membuat Angga menyerah begitu saja. Sang ayah menyarankan ia agar mendaftar beasiswa di berbagai instansi yang membuka kesempatan bagi orang-orang kurang mampu yang ingin melanjutkan pendidikan seperti dirinya.

Atas saran baik sang ayah, akhirnya Angga pun mencoba mencari informasi melalui guru sekolah yang dekat dengannya semasa SMK dulu. Sang guru menganjurkannyauntuk mendaftar dalam program Beastudi Etos yang merupakan salah satu program beasiswa milik Dompet Dhuafa. Atas informasi yang dijelaskan sang guru terkait program beasiswa tersebut, Angga tertarik dan langsung mendaftar.

Tak disangka oleh Angga sebelumnya, persaingan yang ketat, begitu dirasakannya saat mengikuti proses seleksi Beasiswa Dompet Dhuafa ini. Bagaimana tidak, para peserta program Beastudi Etos itu datang dari berbagai wilayah dan memiliki segudang prestasi.

Namun, rasa minder dan pesimis dalam dirinya perlahan-lahan hilang. Ia berusaha yakin akan kemampuan yang ada dalam dirinya. Dengan niat kuat di dalam hatinya,  Angga pun berusaha melanjutkan proses seleksi seperti, berkas administrasi, Home Visit, Medical Check-Up dan Psikotes, serta seleksi penentuan akhir.

“Awalnya agak minder, tapi lama-lama semakin yakin bahwa saya pasti lolos dalam seleksi Beastudi Etos ini,” jelasnya.

Tak sia-sia usaha yang dijalani mahasiswa semester awal ini. Diantara ratusan orang yang mendaftar, Angga berhasil lolos dan kini bergabung menjadi keluarga besar Beastudi Etos Dompet Dhuafa.

“Saya langsung sujud syukur, alhamdulillah saya benar-benar nggak nyangka.Saya hanya mampu bersyukur saat ini,” ucapnya penuh syukur. (Dompet Dhuafa/Uyang)