Kholid: Enam Bulan Melawan Tumor Ganas (2)

Ubaidillah

 

Kholid: Enam Bulan Melawan Tumor Ganas (2)

——————————————————————————————-

sambungan….

Tuhan tidak pernah tidur!

Sekiranya, kita harus percaya akan filosofi ini. Bantuan bisa datang dari mana saja. Pilu hati Sri Handayani dan Naidin sedikit terobati saat wartawan Serambi Indonesia memberitakan tentang Kholid. Berita yang dimuat harian umum Aceh itu menyebar luas dan wartawan televisi di Aceh Barat membuat gebrakan besar-besaran. Para wartawan membuat liputan khusus untuk Kholid supaya ditayang di televisi nasional. Berita dan video dikirim, kisah pedih ini pun tayang di televisi swasta nasional. Salah seorang di antara wartawan televisi tersebut adalah konstributor televisi swasta nasional, Dicky Juanda. Dicky meliput kepedihan Kholid dan ditayangkan tak lama kemudian. Pengakuan Dicky, sampai saat ini produser berita masih menagih perkembangan kesehatan Kholid.

Usai tayang di televisi dan dimuat di beberapa media massa, berita mengenai Kholid semakin menyentuh hati. Seorang mahasiswa, Rahmat, berinisiatif untuk mengadakan penggalangan dana di jalan-jalan utama kota Meulaboh. Baginya, penggalangan dana bukan saja untuk musibah bencana alam. Penggalangan dana bisa direalisasikan untuk kepentingan lain yang tidak tersentuh oleh kalangan kelas atas. Penggalangan dana sudah dilakukan sejak tanggal 28 Maret 2015 dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp. 1.721.000.

Apakah dana sebesar itu cukup untuk mengobati tumor seganas ini? Enam bulan adalah jangka waktu yang sangat singkat untuk sebuah penyakit kronis. Tumor yang diderita Kholid tergolong sangat ganas dan merenggut masa kecil indahnya.

Pemerintah daerah sudahlah terlena dengan kekuasaan mereka. Bagaimana dengan asuransi jaminan sosial (kesehatan) masyarakat miskin? Pemerintah Indonesia sangat mengagung-agungkan kartu jaminan sosial ini. Sebat saja BPJS yang disosialisasikan “harus” didaftar dengan segera oleh masyarakat miskin. Apakah kartu sakti ini memberi jaminan penuh terhadap masyarakat miskin? Kholid salah satu contoh yang dilempar sana-sini di rumah sakit umum pemerintah. Kholid (orang tua Kholid) tidak akan sanggup merujuk anaknya ke rumah sakit swasta yang notabene membutuhkan biaya besar.

Bagi saya, keprihatinan pemerintah sudahlah teramat lambat. Derita Kholid sudah dibaca banyak orang, sudah ditonton banyak orang, sudah ditolong oleh masyarakat yang tidak berwenang melalui penggalangan dana. Nasib Kholid sudah tak setimpal dengan pejabat yang datang menjenguknya kini. Kholid (bersama orang tua) pernah meminta pertolongan saat tumornya belum sebesar ini. Rasa sakit Kholid sudah tak terkira. Tumor ini semakin bertambah besar. Kholid sangat butuh pertolongan nyata. Apapun itu. Bocah ini tak akan mampu mendefisinikan rasa sakit dalam kata-kata terlalu panjang.

Harapan saya, siapapun yang membaca ini, marilah kita berdoa, pada bocah ini, pada siapapun yang sedang sakit. Bahwa, kita tak pernah sendiri, kita tak boleh berhenti berdoa.

Tuhan selalu menyayangi umatnya, bukan?

Tulisann ini sudah melalui proses editing tanpa menghilangkan substansinya, disadur dari http://www.bairuindra.com