Kisah Sigit, Awal Bencana Menyeretnya Ke Layanan Jenazah

YOGYAKARTA — Masyarakat mungkin sudah tidak asing lagi dengan layanan jenazah atau yang dikenal Barzah (Badan Pemulasaran Jenazah) Dompet Dhuafa. Namun siapakah sebenarnya orang dibalik kemudi mobil ini?

Dia adalah Sigit. Seorang kepala keluarga dengan perjalanan karirnya yang cukup panjang akhirnya memutuskan untuk menebar kebaikan bersama Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Belasan tahun, Sigit berprofesi sebagai supir. Di tengah keterbatasan ekonomi, ia tak patah semangat melakoni berbagai tempat kerja. Mulai dari menjadi supir pribadi, supir taksi konvensional, ojek online, bahkan supir truk.

Saat di wawancarai pada Jumat (04/11/2022), ayah 2 (dua) anak perempuan ini mempunyai andil dalam membesarkan anak-anaknya terutama dalam pendidikan. Anak pertama kelas 2 SMP, sedangkan anak kedua kelas nol besar TK. Bahkan di waktu luang, Sigit juga membantu sang istri berjualan lotek di depan rumah.

“Alhamdulillah, sejak bergabung di Barzah ini, saya bisa mengerti arti kemanusiaan dan berbagi,” ungkapnya.

Pasangan suami istri ini percaya, jika bekerja diniatkan untuk membantu sesama, maka Tuhan Yang Maha Esa juga pasti akan memberikan kemudahan urusan bagi keluarganya.

“Bencana banjir di Kebumen adalah momen kali pertama Saya mengenal Dompet Dhuafa, sebab saya menjadi salah satu relawan pada saat itu. Singkat cerita, tak lama setelah layanan Barzah Dompet Dhuafa Yogyakarta diresmikan bulan Mei 2022 lalu”, ungkap Sigit bergabung dalam tim Barzah dan berkhidmat melayani umat hingga kini.

Selama bertugas menjadi supir Barzah DD Yogyakarta, ada pengalaman menarik yang didapatinya. Saat itu ada mobil jenazah dari Jakarta mengantarkan jenazah ke Nganjuk, Jawa Timur. Awalnya berjalan mulus, akan tetapi di tengah perjalanan mengalami pecah ban di jalan tol. Ia beserta tim melakukan estafet. Ia mengaku bangga bisa kerja sama walau sempat agak was-was takut nantinya salah keluar pintu tol di area penjemputan. Untungnya, banyak warga yang ikut mengarahkan armada dan membantu proses pemindahan jenazah ke mobil Barzah.

Selain itu, pengalaman Sigit kembali terjadi. “Saat itu pengantaran jenazah luar kota kadang harus bisa nahan dikala kita maaf(kebelet) seperti saat pengantaran jenazah ke Banjarnegara, Jawa Tengah begitu sampai rumah duka, jenazah diturunkan tetangga, langsung saya tinggal lari ke mushola untuk cari toilet,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa / DD Jogja)