Kobarkan Semangat Kebangkitan Nasional dengan Pemberdayaan

JAKARTA — Tepat 108 tahun silam, organisasi Boedi Utomo lahir sebagai momentum bangkitnya semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Gagasan akan sikap nasionalisme muncul guna mengusir para penjajah dan Indonesia dapat memperoleh haknya untuk merdeka. Setelah 108 tahun berlalu, munculnya berbagai fenomena globalisasi dengan semakin majunya peradaban. Seakan menjadi salah satu penyebab menurunnya sikap nasionalisme. Terlihat dengan ketidakpedulian masyarakat terhadap permasalahan pelik negara ini.

Kemiskinan pun tetap menjadi permasalahan utama negara ini. Karena tidak adanya jiwa kemandirian dalam diri masyarakat. Bergantung pada produk-produk negara lain yang terbukti dari tingginya angka impor, baik dalam hal pangan maupun barang lainnya nampak nyata. Hal ini menjadi tantangan tersendiri tidak hanya bagi pemerintah dan negara tetapi juga kepada seluruh bangsa Indonesia. Bagaimana sikap semangat nasionalisme yang dulunya selalu didengungkan oleh pendiri Boedi Utomo seperti Sutomo, Goenawan Mangoenkoeusoemo, Soeraji dan Wahidin Sudirohusodo akan terus berkobar di bumi Indonesia yang ditandai dengan terwujudnya kemandirian masyarakat.

Mengenang 108 tahun lahirnya Boedi Utomo atau yang biasa dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional, Dompet Dhuafa terinspirasi untuk menggerakan jiwa semangat nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia yang dibuktikkan dalam upaya pengembangan kemandirian masyarakat di berbagai sektor. Tujuan dalam menumbuhkan semangat nasionalisme di era ini tentu memiliki perbedaan dibandingkan pada tahun 1908 silam.

Apabila 108 tahun yang lalu semangat nasionalisme digunakan untuk mengusir penjajah, pada era modern ini adanya semangat nasionalisme digunakan untuk membantu dan memberdayakan masyarakat dhuafa. Hal ini dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan semangat masyarakat Indonesia dalam hal memperoleh kesejahteraan dan kemandirian hidup, serta tidak bergantung pada negara lain.

Sebuah strategi dalam upaya mendorong semangat masyarakat Indonesia untuk mencapai kemandiriannya, Dompet Dhuafa menginisiasi program-progam melalui empat pilar utama, yakni pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Masing-masing bidang memiliki berbagai program andalan yang rata-rata disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Berlandaskan semangat momen kebangkitan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, hingga detik ini Dompet Dhuafa telah berhasil berkontribusi dalam hal membentuk masyarakat mandiri dengan total penerima manfaat mencapai 12.665.068 jiwa dan tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Pada bidang bidang Pendidikan, Dompet Dhuafa telah menyediakan sekolah gratis bagi kaum dhuafa bernama SMART Ekselensia Indonesia di Bogor, Jawa Barat. Program ini ditujukan untuk menciptakan generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas dan cemerlang. Sejak 2004 hingga saat ini, lebih dari 300 siswa dari 26 Provinsi menerima manfaat program tersebut. Selain itu, sebanyak 3.592 mahasiswa telah mendapatkan beasiswa pendidikan dan pembinaan dari Dompet Dhuafa sejak 2003. Di ranah pendampingan sekolah total sebanyak 131.360 jiwa menerima manfaat di 46 kota seluruh Indonesia.

Sementara di bidang kesehatan, Dompet Dhuafa telah memiliki pelayanan kesehatan gratis untuk kaum dhuafa. Pada bidang Ekonomi, Dompet Dhuafa telah menjaring penerima manfaat sebanyak 626.874 jiwa di Indonesia dan di bidang Pengembangan Sosial, sebayak 10.545.615 jiwa penerima manfaat.

Ahmad Juwaini sebagai Presiden Direktur Dompet Dhuafa memaparkan hasil riset keberhasilan pengurangan kemiskinan para penerima manfaat program. Riset yang dilakukan lembaga Social Investment Indonesia (SII) dan Divisi Penelitian dan Pengembagan Dompet Dhuafa ini mengungkap, dari 100% jumlah penerima manfaat miskin pada tahun 2012, mampu terkurangi 44% pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa Dompet Dhuafa mampu membentuk masyarakat yang mandiri dan dapat keluar dari jerat kemiskinan.

“Riset ini dilakukan terhadap 420 responden penerima manfaat program ekonomi Dompet Dhuafa di 5 daerah. Dari jumlah responden tersebut, sebanyak 78% berstatus miskin dan 16% berstatus rawan miskin,” paparnya.

Lebih lanjut Ahmad menuturkan, semua capaian Dompet Dhuafa tersebut tidak bisa terlepas dari dukungan seluruh stake holders, terutama donatur. Sebagai sebuah lembaga amil zakat yang bermodal kepercayaan publik, Dompet Dhuafa tergolong memiliki penghimpunan dana umat terbesar saat ini. (Dompet Dhuafa/Ira)