Kuliah Sembari Kerja, Peserta Diaspora Development Jalani ?Learning by Doing?

Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi menyematkan jas Institut Kemandirian Dompet Dhuafa kepada salah seorang peserta program Diaspora Development sebagai tanda dimulainya program. (Foto: Yogi/Dompet Dhuafa)

Oleh: Gie

TANGERANG—Menjalani kuliah sembari bekerja, para peserta program Diaspora Develompent akan menjalani proses Learning by Doing (belajar sambil bekerja). Proses tersebut dinilai akan menjadikan mereka memiliki keunggulan.

“Sebagaimana pengalaman yang sudah-sudah, termasuk pengalaman saya sendiri, belajar sambil bekerja itu lebih mengena dan membekas,” ungkap Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi saat memberikan motivasi kepada 31 pemuda, peserta program Diaspora Development, Kamis (29/1) di kampus Institut Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa, Tangerang.

Diaspora Development merupakan program kerja sama Institut Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa dan Yayasan Tazakka. Melalui program ini, para peserta yang merupakan lulusan SMA sederakat akan menjadi tenaga kerja berketerampilan khusus di luar negeri sekaligus menjalani kuliah jarak jauh dengan sistem on line.

Lebih lanjut Parni menjelaskan dalam paparannya, kuliah sembari bekerja, terutama di luar negeri membuka peluang besar menghadapi berbagai peristiwa luar biasa. Parni pun berkisah saat dirinya belajar Ilmu Jurnalistik sekaligus bekerja selama tujuh tahun di Jerman sebagai motivasi kepada para peserta.

“(Di luar negeri) Jauh dari kampung, dari orang tua. Menderita memang. Namun, perlu diketahui, penderitaan menguatkan karakter. Penderitaan menguatkan tekad. Maka tidak heran, banyak yang merantau jauh dari kampungnya menjadi sukses,” kata Parni memotivasi.

Keberhasilan dan kesuksesan seseorang, imbuh Parni, tidak mutlak ditentukan oleh gelar akademik. Dan hal tersebut bukan jaminan. Kemauan dan tekad yang sungguh-sungguh lah yang menentukan seseorang berhasil.

Selain Parni Hadi, dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini pun turut memberikan motivasi. Ahmad menuturkan, para peserta Diaspora Development memiliki kesempatan untuk berpetualang mencari rezeki di luar negeri sekaligus menuntut ilmu.

“Teman-teman (peserta) masih muda. Masih banyak waktu berpetualang. Kami berharap teman-teman ikut mensukseskan program ini dengan memiliki semangat dan komitmen yang tinggi,” ujar Ahmad.

Para peserta Diaspora Development mayoritas berasal dari keluarga kurang mampu, Meraka akan menjalani program selama enam tahun. Rencananya, setiap dua tahun mereka akan berpindah ke tiga negara. Negara penempatan kerja program ini adalah Malaysia, Singapura, Taiwan-Province of China, Korea Selatan, dan Selandia Baru.

Selesai program, para penerima manfaat diharapkan bisa mengumpulkan modal hingga cukup untuk kemudian dipakai membuka lapangan kerja atau perusahaan saat kembali ke Indonesia. Dalam setahun, program Diaspora Development ini menargetkan 1.000 peseta.

Sebelumnya, para peserta mengikuti seleksi wawancara oleh Dompet Dhuafa dan Yayasan Tazakka. Sarat utama adalah siap mental dan berkomitmen untuk menjalani program hingga selesai. Mereka pun harus mendapatkan izin dari orang tua.