Kurban dan Kesejahteraan Bersama

TANGERANG SELATAN — Sebuah perintah dari Allah SWT kepada hambanya tentu mengandung hikmah tertentu yang harus dicari. Termasuk dalam berkurban. Sebelum diperintahkan ke Nabi Ibrahim, perintah berkurban sudah ada sejak jaman Nabi Adam. Hal ini dimuat dalam Al-Maidah ayat 27 “Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): ”Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa”.

Perintah berkurban juga datang pada nabi kelima, Ibrahim SAW. Pada usianya yang ke-100, Ibrahim mendapat mimpi yang datang dari Allah SWT untuk menyembelih Ismail, anak yang kelahirannya sangat dinantikan. Mimpi seperti ini terjadi hingga tiga kali. Dengan penuh ketakwaan, keduanya memenuhi perintah-Nya.

”Maka tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Lalu Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim!’ sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu…” (QS: As-Saffat ayat 103-104). Ketika pisau telah diarahkan ke arah leher Ismail, lalu Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba yang besar.

”Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. ”Atas pengorbanan Nabi Ibrahim AS, Allah SWT berfirman, ”Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Selamat sejahtera bagi Ibrahim. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman”. (QS: As-Saffat:108-109).

Berkurban tidak semata menyembelih hewan lalu diberikan kepada fakir miskin. Kurban merupakan wujud syukur atas nikmat yang didapat seperti yang terdapat dalam Al-Kautsar ayat 1-2: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga, maka dirikanlah shalat karena Tuhamu dan berkurbanlah.

Kurban tidak semata perwujudan taat kepada Allah SAW semata. Kurban juga wujud kepedulian kepada sesama. Tidak semua orang mampu membeli daging merah, padahal di dalamnya terdapat kandungan protein tinggi. Bagi fakir miskin yang tinggal di kota besar, mendapatkan daging kurban amat mudah, karena banyaknya orang yang mampu berkurban.

Namun tidak bagi sesama muslim di pelosok. Walau Hari Raya Idul Adha datang menyapa, daging merah belum tentu dengan mudah didapatkan. Karena dasar itulah Tebar Hewan Kurban (THK) yang digagas oleh Dompet Dhuafa mendistribusikan hewan kurban ke seluruh pelosok tanah air.

THK tidak sekedar menyalurkan, tetapi juga memberdayakan masyarakat peternak untuk mengangkat martabat, harkat hidup dan kemandirian masyarakat melalui pengembangan potensi peternakan lokal kambing-domba dan sapi di Indonesia. THK pun turut membantu menstabilkan harga hewan kurban dan membuka peluang jaringan pasar ternak kambing-domba & sapi.

Untuk memaksimalkan hal tersebut, diperlukan pengelolaan yang baik. Selama 22 tahun menebar hewan kurban ke penjuru negeri, THK selalu memperbaiki kualitas, baik dari kualitas hewan, distribusi, dan kualitas mitra di daerah. Selain itu, penggunaan sistem kuota dan zonasi membuat pendistribusian lebih merata, tentu saja melalui kerja sama dengan mitra peternak di masing-masing zona, seperti yang diceritakan oleh Endang Purwanti, Manager THK 2015.

Dengan berkurban, kesejahteraan akan merata. Kesejahteraan akan semakin merata lagi ketika kita peduli dengan saudara kita di pelosok nusantara. Mari bersama-sama wujudkan pemerataan daging kurban. (Dompet Dhuafa/Erni)