Muhammad Hanif (40) imigran asal Myanmar beserta sang istri, saat melakukan pemeriksaan keehatan terhadap buah hatinya di Klinik LKC. (Foto Dokumentasi DD)
Sebagai salah satu jejaring Dompet Dhuafa dalam bidang kesehatan, kiprah Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) dalam membantu masyarakat dhuafa kini semakin meluas. Pelayanan kesehatan terpadu gratis ini tidak hanya membantu pasien dhuafa dalam negeri saja, melainkan juga warga asing yang menetap di dalam negeri.
Bantuan pelayanan kesehatan telah dirasakan oleh puluhan warga Myanmar yang mencari Suaka akibat perlakuan diskriminasi terhadap Minoritas yang terjadi di negaranya. Seperti yang terjadi pada Muhammad Hanif (40), warga Myanmar yang sudah mulai fasih dengan bahasa Indonesia ini.
Hanif, demikian sapaan akrabnya menceritakan, ia bersama 17 orang lainnya kini singgah di Indonesia. Awalnya ia sempat singgah di wilayah Malaysia, dan memilih untuk beralih ke Indonesia. Meskipun tinggal di Indonesia hanya singgah sementara saja, namun Hanif menuturkan, ia beserta rombongannya sangat senang tinggal di Indonesia, karena negara ini memang dikenal di mata dunia begitu ramah dan sopan.
“Walaupun belum menjadi warga Negara disini, tapi saya senang tinggal di Indonesia. Dibandingkan dengan Malaysia saya lebih senang disini, warga di sini sangat baik,” ujarnya.
Hanif yang tinggal di Indonesia selama satu tahun Tujuh bulan ini sempat mendatangi kantor imigrasi dan pihak imigrasi pun memfasilitasi tempat tinggal bagi ia dan 17 rombongan lainnya. Untuk kebutuhan sehari-hari, banyak warga sekitar yang membantunya seperti memberikan bahan makanan dan pakaian.
“Saya bahkan sering terharu dan menangis karena banyaknya orang membantu saya, mereka tidak pandang suku bangsa dan warna kulit” kata imigran yang sekarang tinggal di Gg. Jambu, Kel. Pisangan, Kec. Ciputat, Tangerang Sekatan itu.
Kini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, Hanif mengajukan bantuan ke Klinik LKC Dompet Dhuafa untuk mengobati sang buah hati yang sedang jatuh sakit. Bersama sang istri, Halizah(21) ia datang ke klinik yang berada di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan ini, dan berharap bayi kecilnya berumur tiga bulan segera mendapat tindakan medis akibat menderita Atresia Esofagus(tidak ada lubang kerongkongan) penyakit ini merupakan kelainan genetik.
Menurut Yulianti Yanda Syamarsari, dokter yang menangani pasien menuturkan, tindakan medis berupa operasi pertama telah dilakukan lima bulan yang lalu. Saat ini akan dijadwalkan kembali operasi kedua terhadap pasien.
”Pasien ini harus dioperasi kedua untuk penutupan, yang penting bayinya harus dalam kondisi sehat dan siap dioperasi,” jelas dokter LKC yang saat itu bertugas.
Lebih lanjut, Yanda menjelaskan, pasien dari Rohingnya ini selain menderita sakit Atresia Esofagus, pasien juga mengalami sesak nafas akibat alergi debu. Untuk itu ia menyarankan agar sebaiknya pasien ditempatkan diposisi kamar yang ada ventilasi udaranya, sehingga sirkulasi udara berjalan baik.
Semoga saja, buah hati Hanif segera pulih dari penyakit yang menderanya selama ini. Hanif beserta keluarga dapat kembali dan menetap di negara asalnya dengan kondisi yang aman, nyaman, dan sejahtera. (Uyang)