Lestarikan Benih Lokal, Dompet Dhuafa Bangun Kedaulatan Pangan

Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini menjelaskan program Bank Benih dalam Dialog Nasional bertajuk Kedaulatan Benih untuk Membangun Kedaulatan Pangan di Auditorium IPB, Bogor, Selasa (14/10). (Foto:Yogi/Dompet Dhuafa)

BOGOR—Benih merupakan hal pokok dalam pertanian. Dalam sistem budidaya tanaman, benih menempati porsi penting sebagai penentu produksi. Maka tak heran bicara kedaulatan pangan tidak bisa lepas dari kedaulatan benih.

Lembaga pemberdayaan masyarakat Dompet Dhuafa pun menyadari akan pentingnya kedaulatan benih tersebut. “Salah satu upaya Dompet Dhuafa dalam program pertanian adalah ikut menjaga warisan bibit unggul lokal. Ini yang Dompet Dhuafa lakukan di Kasepuhan Adat Sinar Resmi di Sukabumi, Jawa Barat,” kata Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini saat mengisi Dialog Nasional bertajuk Kedaulatan Benih untuk Membangun Kedaulatan Pangan di Auditorium Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, Selasa (14/10).

Di Kasepuhan Adat Sinar Resmi tersebut, kata Ahmad, Dompet Dhuafa berupaya memberdayakan kembali benih-benih lokal melalui komunitas penggiat bank benih. Komunitas tersebut hingga saat ini telah memiliki koleksi lebih dari 60 jenis benih padi lokal.

“Upaya pemberdayaan tersebut juga merupakan dukungan dalam menguatkan kearifan lokal adat demi mewujudkan kemandirian pangan komunitas melalui penanaman benih padi lokal,” ujar Ahmad.

Secara garis besar, aktivitas dalam program Bank Benih adalah penyediaan lahan penanaman benih satu hektar, pengumpulan jenis benih yang tersebar di masyarakat lokal, penaman benih lokal sebanyak 60 jenis, pembangunan bank benih, pembangunan saung pembelajaran petani, penguatan kapasitas, dan pendampingan intensif.

Dalam dialog nasional tesebut, hadir pula sebagai narasumber Ketua Adat Kasepuhan Adat Sinar Resmi Abah Asep Nugraha, ahli pertanian Dwi Andreas Sentosa, dan pakar benih Hajrial Aswidinnoor. Acara ini dihadiri sekitar 300 petani dan pegiat benih seluruh Indonesia.

Ahli pertanian Dwi Andreas Santosa menuturkan, berbicara mengenai pertanian adalah berbicara mengenai bagaimana agar para petani sejahtera. Selama ini, petani kecil selalu harus mendapatkan kondisi yang tidak berpihak terhadap mereka. Adanya impor seperti beras menjadi salah satu contoh.

“Padahal, jika orientasi pembangunan untuk mensejahterakan petani, maka hasil maksimal mengenai kedaulatan pangan bisa terwujud. Libatkan petani,” ujar Andreas.

Di akhir dialog nasional tersebut, dibacakan pula Manifesto Kedaulatan Pangan. Dalam manifesto tersebut, para narasumber dan peserta dialog berpandangan bahwa hilangnya kedaulatan petani atas benih dan pangan hanya bisa dikembalikan sendiri oleh petani bersama negara demi terwujudnya kedaulatan rakyat dan keberlanjutan kehidupan. (gie)