Lewat Program IMU, Dompet Dhuafa Jogja Tekan Angka Pengangguran

saat pelatihan Program Institut Mentas Unggul (IMU) Dompet Dhuafa Jogja. (Foto: Dompet Dhuafa Jogja)

YOGYAKARTA—Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi problematika sosial yang tak kunjung selesai melanda negeri ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka pengangguran di Indonesia saat ini meningkat hingga 7,39 juta orang dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang.

Tentu, tingginya angka pengangguran pada awal tahun 2014 tersebut juga terjadi di beberapa provinsi di Indonesia, salah satunya di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Menurut BPS setempat, dilihat dari persebaran angka pengangguran di DIY, terbesar ada di Kabupaten Sleman yang mencapai 19.406 orang, disusul Bantul 16.632 orang, Kota Yogyakarta 13.702 orang, Gunungkidul 7.385 orang dan Kulonprogo 6.764 orang.

Banyak faktor mengapa tingkat pengangguran masih bercokol di negeri ini. Terlebih di daerah pedesaan, banyak sekali masyarakatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan lantaran tidak mendapatkan kesempatan memperoleh pekerjaan. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) semakin terkikis, akibat biaya pendidikan yang sangat tinggi dan peluang kesempatan kerja bagi generasi muda yang tidak mampu melanjutkan pendidikan dinilai begitu sempit. Sehingga, mereka yang tidak memiliki skill (kemampuan), kecil kemungkinannya mampu bersaing dalam dunia kerja.

Guna meminimalisir kondisi tersebut, Dompet Dhuafa Jogja melalui program Institut Mentas Unggul (IMU) berupaya menekan jumlah pengangguran yang terjadi. Bentuk dari program ini sendiri adalah dengan memberikan pelatihan menjahit, serta di akhir pelatihan nanti diberikan modal sebagai aset usahanya.

“Ini cara Dompet Dhuafa Jogja untuk menekan jumlah pengangguran di wilayah ini. Selain mengasah skill mereka, tentu saja kami akan terus berikan dampingan dan aset usaha yang nantinya mereka akan kembangkan,” ujar Bambang Edi Prasetyo, Manajer Pendayagunaan Dompet Dhuafa Jogja.

Lebih lanjut Bambang menuturkan, program Institut Mentas Unggul sendiri telah berjalan di Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta. Tahun ini memasuki angkatan ketiga, dan telah meluluskan sebanyak 30 orang. Sasaran dari program ini adalah generasi muda yang belum memiliki keterampilan dan memiliki jenjang pendidikan yang rendah.

“Saya berharap selain skill yang nantinya akan mereka miliki, paling tidak mampu menjadi bekal untuk menaikkan taraf hidup yang lebih baik,” harapnya. (uyang)