Lewat Rumah Ceria, Dompet Dhuafa Hibur Anak-anak Pengungsi Rohingya

Lewat kegiatan Rumah Ceria, Tim Respon DMC Dompet Dhuafa bersinergi dengan relawan mahasiswa Universitas Samudera (UNSAM) menghibur anak-anak pengungsi Rohingya, di Posko Pengungsian Langsa, Aceh Timur, pada Kamis (21/5). (Foto: Dompet Dhuafa)

ACEH- Hampir sepekan sudah, anak-anak pengungsi Rohingya sementara waktu tinggal di posko pengungsian, yang berada di Kota Langsa, Bagian Provinsi Aceh Timur. Suasana posko pengungsian yang cenderung tak kondusif membuat anak-anak pengungsi tidak memiliki aktivitas produktif yang bermanfaat.

Melihat kondisi tersebut, Dompet Dhuafa melalui tim respon Disaster Management Center (DMC) bersinergi dengan relawan dari Kampus Universitas Samudera (UNSAM), menggelar kegiatan trauma healling melalui Rumah Ceria. Sebanyak 30 anak pengungsi Rohingya mengikuti berbagai macam kegiatan seperti, senam pagi, mewarnai gambar, membuat kerajinan tangan dari kertas warna (origami), dan kegiatan menarik lainnya.

“Tujuan dari kegiatan ini tentunya untuk menghibur anak-anak pengungsi yang sudah lama bertahan di pengungsian. Mereka merasa senang dan antusiasme sekali dengan kegiatan yang kita jalankan ini,” ujar Rama, Tim Respon DMC Dompet Dhuafa, saat dihubungi melalui via telepon pada Kamis (21/5).

Rencananya, kegiatan Rumah Ceria ini akan terus berlangsung hingga para pengungsi Rohingya yang berada di posko pengungsian Langsa, mendapatkan status dan tempat tinggal yang layak.

“Insya Allah, Dompet Dhuafa bersama tim relawan lainnya akan berusaha memberikan bantuan terbaik, bagi para pengungsi Rohingya,” harapnya.

Informasi yang diterima dari tim respon Dompet Dhuafa Waspada Sumut, sebanyak 790 orang, terdiri dari 420 warga Bangladesh dan 370 warga Myanmar di antaranya 240 laki-laki, 70 perempuan, dan 63 anak-anak, kini berada di Posko Pengungsian, Kampung Kwala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.

Untuk di wilayah Langsa sendiri, Dompet Dhuafa melalui tim respon Dompet Dhuafa Waspada, telah mendistribusikan bantuan makanan berupa nasi dan air mineral. Tak hanya itu, kebutuhan anak-anak dan balita seperti susu, dan biskuit pun terus digulirkan. Tim respon juga bergerak melakukan assessment terkait kebutuhan darurat bagi pengungsi. Selain logistik bahan makanan, kebutuhan medis seperti obat-obatan menjadi kebutuhan utama yang dinantikan. (uyang/erni)