Mahasiswi Berprestasi Ini Bertekad Bangun Kampung Halamannya

 

Silvia Ranny Wafiroh (20) penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara Dompet Dhuafa. (Foto: Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa)

Berawal dari rasa keprihatinan mendalam terhadap kampung halamannya yang dikenal dengan julukan ‘kampung idiot’, terletak di Ponorogo, Jawa Timur, membuat Silvia Ranny Wafiroh, penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara Dompet Dhuafa ini bertekad ingin merealisasikan ilmu-ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi ke lingkungan tempat tinggalnya.

Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang ia dapatkan selama menjadi siswa pertukaran pelajar di Amerika Serikat selama satu tahun, Silvia, Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini merasa bahwa dirinya cocok untuk mendalami bidang psikologi. Akhirnya, muncul cita-cita dalam dirinya untuk menjadi Psikolog Pendidikan, yang kelak bisa kembali ke daerahnya dan membagikan pengetahuannya kepada masyarakat sekitar.

Gadis kelahiran Jayawijaya, 23 Mei 1992 ini menilai,  walaupun banyak sekali orang berkebutuhan khusus di desanya, tidak berarti dirinya harus menerima kondisi itu begitu saja. Justru ia merasa bahwa dirinya harus berjuang untuk menjadikan desanya lebih baik..

Sejak berkuliah, Silvia demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini menghabiskan waktunya untuk berkuliah dan berorganisasi. Ia tergabung ke dalam beberapa organisasi intra kampus. Minatnya yang besar dalam penelitian dan penulisan ilmiah menjadikan ia ingin terus berkiprah dan berkaya. 

Berlatar belakang cita-citanya untuk menjadi Psikolog Pendidikan, Silvia menyelaraskan minatnya dalam penelitian dan penulisan ilmiah dengan segala sesuatu yang berbau pendidikan, salah satunya adalah menjadi delegasi Indonesia dalam konferensi internasional ASAIHL di Sri Lanka dengan topik pendidikan untuk siswa berbakat (gifted children). Selain itu, dalam proposal PKM dan makalah MaPresnya, ia membahas mengenai pendidikan. Saat ini pun, Silvia disibukkan dengan skripsinya yang juga membahas mengenai pendidikan dan teknologi.

Bagi Silvia, motivasi terbesarnya dalam melakukan semua kegiatannya adalah untuk membangun daerahnya menjadi lebih baik. Dengan bekal yang dimilikinya, Silvia merasa wajib memberikan kontribusi besar untuk sang “Kampung Idiot”. Ia ingin menghilangkan semua stigma terkait julukan itu dengan menyatakan diri pada dunia bahwa ia mampu mengubah stigma tersebut.

Di mata orang tua dan sahabat-sahabatnya, Silvia dikenal sebagai gadis yang rajin dan cerdas. Tak salah, jika pada tahun 2014, ia berhasil meraih gelar Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Utama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Gelar tersebut tak serta merta ia dapatkan begitu saja, karena ia harus melewati serangkaian seleksi dengan saingan yang juga berkompeten. Berbekal ilmu, perjuangan, dan doa orang tua, gadis yang murah senyum ini mampu membuktikannya. (uyang)