Masuk SMART Ekselensia, Akmal: Ingat Bapak, Bahagiakan Emak, dan Jadi Pilot

BOGOR, JAWA BARAT — “Bapak meninggal di lebaran hari pertama. Itu sebelum saya masuk sekolah. Pengennya juga Bapak ikut nganter sekolah sih. Rasanya waktu berjalannya lama banget,” kenang Akmal Hisyam (13), mencurahkan awal momen masuk asrama di SMART Ekselensia Indonesia pada tim Dompet Dhuafa, Rabu (20/7/2022).

Tapi tanpa terasa juga, remaja domisili Kebon Jeruk itu kini telah menduduki bangku kelas 2 (dua) di leadership boarding school tersebut. Dewasa ini, Akmal sangat menyukai pelajaran TIK (Teknologi, Informatika, dan Komputer), serta terlibat dalam ekstra kurikuler Jurnalistik.

“Dari keduanya, ada kesempatan untuk lebih sering mengakses ke lab komputer. Disana, saya bisa belajar banyak cari informasi dan lihat video. Sekalian cari-cari tahu setelah lulus dari sini mau lanjut sekolah di mana, kuliah di mana, dan senang dari dulu lihat pesawat,” seru Akmal yang bercita-cita ingin menjadi seorang Pilot.

(ki & ka: Yusuf & Akmal)

Anak kedua dari 3 (tiga) bersaudara itu juga mengakui, kini dirinya merasa lebih mandiri, lebih berani, bahkan lebih percaya diri setelah bersekolah di SMART Ekselensia Indonesia. Sebab sebelumnya, di rumah pun, ia jarang berinteraksi dengan banyak orang.

“Dulu Emak ingin saya masuk pesantren. Tapi dapat info dari temannya untuk daftar SMART. Setelah masuk SMART, Emak juga senang karena disini kan boarding seperti pesantren, apalagi sejak kelas 2 ini ada mata pelajaran Tahfidz,” akunya lagi.

SMART Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa merupakan sekolah menengah akselerasi, berasrama, dan  bebas biaya, untuk anak-anak marjinal yang tidak memiliki kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas karena faktor ekonomi. SMART Ekselensia Indonesia menyelenggarakan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ditempuh selama 5 (lima) tahun.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/libur-setahun-salamun-jualan-jas-hujan-dan-alami-duka-dalam-sebelum-masuk-etahfizh-school/

(ki & ka: Yusuf & Akmal)

Akmal ingin meraih cita-citanya agar sang Ayah dan Ibunya bahagia. Di mata Akmal, Emak adalah sosok yang tegar dan penyayang. Selalu berusaha membuat senang anak-anaknya. Di asrama, ia hanya berkomunikasi dengan Emak setiap akhir pekannya, tentu Akmal senang sekali mendapati kabar kalau Emak ingin datang mengunjunginya pada pekan depan.

“Emak kan hari-harinya kerja. Nanti Minggu libur, Emak bilang pengen dateng. Mau ngajak makan di luar bareng saudara. Dulu yang antar sekolah awal-awal juga Emak sama saudara,” serunya.

(ki & ka: Adhityo, Akmal, Yusuf, & Salamun)

“Bapak tuh senang dan sudah tahu kalau Akmal diterima sekolah di SMART Ekselensia. Tapi waktu itu pas banget Bapak lagi kerja di Solo, dia kan memang kerja tukang las di luar kota. Emak yang hanya beri kabar. Dan Emak yang bantu daftar dan antar masuk SMART pertama,” sambungnya.

Ya, saat Akmal lulus sekolah dasar dan mendaftar ke jenjang sekolah menengah, sang Ayah sedang bekerja di luar kota. Kadang agenda pulang hanya 2x setahun, terutama saat bulan Ramadhan tiba. Tahun 2021 lalu, sang Ayah pulang ke Jakarta saat bulan puasa.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/tersesat-di-jalan-yang-benar-aris-gak-niat-nyantri-kini-hafal-al-quran/

(ki & ka: Adhityo, Akmal, Yusuf, & Salamun)

“Dulu Bapak buka bengkel las di sini. Tapi tutup karena gak kuat buat bayar sewa. Jadi, ikut orang kerja di Solo. Terus, bulan puasa kemarin pulang ke Jakarta, gak lama kemudian Bapak sakit. Pas lebaran hari pertama, Bapak meninggal,” kenang Akmal.

Lalu semburat tawanya mengembalikan asa, meski masih di awal sana, Akmal menyeru, “Sekarang banyak teman. Jadi inget juga serunya awal-awal di asrama. Sekamar itu isinya 5 orang. Pernah salah masuk kamar, bangun tidur ternyata kawannya beda, hehehe”. (Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo)