Memulai Ramadan 1443, Dompet Dhuafa Salurkan Parsel untuk Guru Purna di Gunungkidul

GUNUNGKIDUL — Memulai tagar #JadiManfaat pada Ramadan 1443 H / 2022 M, Dompet Dhuafa menyalurkan paket sembako berbentuk parsel Ramadan kepada guru-guru pejuang di kawasan pelosok Gunungkidul. Pada Minggu (3/4/2022 M) bertepatan 1 Ramadan 1443 H, tim Dompet Dhuafa mendatangi 6 (enam) guru Madrasah Ibtidaiyyah Swasta (MIS) YAPPI TEGALWERU di Trosari 2, Kelurahan Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Guru-guru ini telah menunjukkan dedikasinya yang besar untuk pendidikan Indonesia. Bahkan salah satu dari mereka telah mencapai purna namun tetap bersedia mengabdi untuk para generasi muda Tepus.

Guru purna tersebut bernama Sadari, pria kelahiran Tepus yang kini berusia 61 tahun. Ia telah mengabdikan diri di MI YAPPI sebagai pendidik selama 20 tahun sejak tahun 2002. Ia merasa, mendidik anak-anak Tepus merupakan sebuah kewajiban baginya. Mampu mengantarkan para siswa didik hingga mencapai kesuksesan adalah hal yang sangat membanggakan menurutnya.

Ia berkata, menjadi guru adalah sebuah pengabdian. Tak ada gunanya jika menjadi guru hanya untuk mendapatkan gaji. Sama dengan guru honorer lain, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga, ia bergelut di sawah untuk menanam bahan-bahan pangan mentah. Tidak hanya itu, menjadi buruh dengan upah harian pun bersedia ia lakukan untuk berbagai kebutuhan. Bahkan hingga setelah purna, dirinya masih bersedia untuk diminta pihak sekolah tetap mengajar.

Pak Sadari, guru MIS YAPPI TEGALWERU sedang berbincang dengan tim Dompet Dhuafa, Minggu (3/4/2022)

“Banyak sebenarnya lulusan sini yang bisa menempuh hidupnya dengan lebih baik dari kondisi sebelumnya. Sukanya guru meskipun tidak dapat gaji, yaitu bisa menyalurkan ilmunya, sehingga anak-anak bisa memiliki pengetahuan dan memiliki bekal untuk melangkah ke depan. Kalau karena uang, di sini tidak ada uang. Kalau mau cari uang ya ke ladang,” ujarnya bijak.

Membahas tentang gaji guru, Pak Sadari yang sudah purna tak begitu ingin menanggapi. Pasalnya, ia memang tak menggantungkan biaya hidup dari gaji guru honorer. Apalagi dengan statusnya yang purna, tentu gajinya pun lebih kecil dari sebelumnya. Ia pun akhirnya mengaku menerima gaji sebesar Rp250.000 per bulannya.

Empat siswa MIS YAPPI TEGALWERU sedang membaca bersama, Minggu (3/4/2022)

Niat mengajar Pak Sadari pun semakin diperbesar hanya untuk mengabdi mencerdaskan anak-anak Tepus. Perjuangannya yang tak sebanding dengan gaji, semakin tak ia perhitungkan. Ia menyebut, mengajar adalah perjuangan.

“Kalau sekarang justru benar-benar karena perjuangan. Ya disyukuri aja yang pasti,” ucapnya.

Setiap sore hari sepulang dari sekolah, ia bergegas ke kandang untuk mengecek dan memberi makan ternaknya. Selain itu, ia juga sesekali ke ladang untuk bertani maupun menjadi buruh tani. (Dompet Dhuafa / Muthohar)