Memutus Generasi Dhuafa dengan Zakat

Sejumlah siswa SMART Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa tengah asyik belajar bersama di ruang perpustakaan. Mereka adalah siswa-siswa cerdas yang berasal dari kalangan dhuafa di seluruh Indonesia. Berkat dana zakat, mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak. (Foto: Radinal/Dompet Dhuafa)

Empat tahun sudah Firman Mursal (16) meninggalkan tanah kelahirannya di Sorong, Papua Barat. Hal ini dilakukan Firman demi merajut mimpi kehidupan lebih baik, bersekolah di SMART Ekselensia Indonesia (SMART) Dompet Dhuafa, Bogor, Jawa Barat.

Pada 2010, Firman mendapatkan informasi mengenai SMART dari wali kelasnya di sekolah dasar. Tertarik setelah mendengar penjelasan sang guru, ia pun memutuskan mendaftar. Semangat mengejar cita menjadi pelecut utama Firman mendaftar meski ia tahu harus meninggalkan orang tua di kampung.

Adanya informasi mengenai sekolah bebas biaya menjadi angin segar bagi Firman dan keluarga. Pasalnya, keluarga Firman tergolong keluarga berkekurangan. Ayah Firman yang seorang buruh kasar (kuli bangunan) tidak memiliki penghasilan yang tetap. “Ayah kerjanya jika ada borongan, upahnya pun kalau ada borongan saja,” ujar siswa kelas 3 SMA SMART ini.

Meski begitu, remaja yang bercita-cita menjadi Gubernur Bank Indonesia ini tidak patah arang. Baginya, tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai selama ia berusaha. Apalagi di SMART, ia selalu dimotivasi. “Guru-guru mengajak kita (siswa) untuk menatap masa depan dengan jelas,” paparnya.

Hal senada juga dirasakan siswa SMART lainnya, Rizki Agung Kurniawan (16). Rizki yang berasal dari Bogor ini mengaku, berbagai sarana penunjang pendidikan yang tersedia di SMART membuat dirinya betah dan nyaman.

Fasilitas sekolah yang dibangun di atas lahan 20.446 m² lainnya seperti ruang seni rupa dan musik, lapangan olahraga, laboratorium komputer, teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan maksimal oleh Rizki.

“Alhamdulillah semenjak di SMART saya paham teknologi. Sebelumnya untuk mempelajari itu saya tidak terfasilitasi,” terang peraih medali perunggu Olimpiade Sains Nasional (OSN) Biologi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMP) Pontianak, Kalimantan Barat 2012 silam ini.

Sebagaimana Friman, Rizki merupakan siswa SMART EI yang masuk pada tahun 2010. Selama empat tahun menjadi siswa SMART berbagai prestasi diraih Rizki melalui bidang biologi di tingkat kota dan provinsi. Rasa cinta terhadap mata pelajaran Biologi menuntun siswa kelahiran 18 November 1997 ini bercita-cita menjadi dokter.

“Saya bercita-cita ingin menjadi dokter yang nantinya bisa membantu kaum dhuafa dan orang-orang tak berdaya. Saya ingin bisa membantu yang lain,” ujarnya.

Baginya, SMART merupakan sekolah yang telah mengubah dirinya. “SMART itu adalah sekolah yang memberikan motivasi . Memotivasi saya untuk maju dan berubah menjadi orang yang bisa menjadi gerbong bagi kemajuan orang-orang banyak,” terang Rizki.

SMART merupakan sekolah bebas biaya, unggulan, berasrama, dan akselerasi pertama di Indonesia. SMART memiliki tradisi meluluskan 100% alumninya masuk perguruan tinggi negeri (PTN) terakreditasi A. Sejak mulai berdiri di tahun 2004 hingga tahun ajaran 2013, SMART telah menjaring sebanyak 370 siswa dhuafa yang berasal dari 26 provinsi di Indonesia. (uyang/gie)