Menjadi Pendidik adalah Sebuah Perjuangan

TANAH DATAR, SUMATERA BARAT — Menjadi guru adalah cita-citaku dari kecil. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Kejuruan, dengan program keahlian Akuntansi Keuangan, aku melanjutkan sekolah ke bangku perkuliahan, dengan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Pada awalnya aku ingin menjadi seorang guru ekonomi, karena memiliki latar belakang dalam bidang ekonomi.

Namun, takdir berkata lain. Aku banting stir dari wawasan ekonomi ke ranah bahasa yang sama sekali tidak begitu aku pahami. Awal menjalani masa perkuliahan begitu berat, tapi lama-kelamaan aku dapat memahami materi dengan baik. Sampai aku dapat menjadi seorang Sarjana Pendidikan dalam bidang Bahasa Inggris.

Setelah menamatkan perkuliahan, aku berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Ternyata, mendapatkan pekerjaan itu tidak mudah. Butuh perjuangan keras untuk mendapatkan pekerjaan. Karena kesulitan itu, aku sempat berpikir untuk menyerah karena telah berputus asa. Bahkan pada waktu itu, aku merasa sedikit menyesal telah mengambil jurusan Pendidikan.

Berbagai cara telah ku coba untuk mendapatkan pekerjaan. Sampai suatu hari, aku bertemu dengan teman dan mendapatkan informasi tentang lowongan pekerjaan menjadi tenaga pengajar di salah satu Yayasan Autis di kotaku. Aku memutuskan untuk mendaftar, walaupun sebenarnya aku tidak memiliki pengetahuan lebih tentang anak-anak berkebutuhan khusus. Alhamdulillah, aku dipanggil untuk mengikutiablogn akhirnya lulus. Setelah bergabung dengan Yayasan Autis, aku mendapatkan perkuliahan singkat untuk memahami karakteristik anak berkebutuhan khusus.

Menjalani hari-hari di Yayasan, aku berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan ilmu yang sudah kudapatkan. Meskipun semuanya sangat bertolak belakang dengan keahlianku. Aku berusaha mencintai apa yang aku lakukan. Aku berusaha sekuat hati untuk memberikan perubahan pada anak-anak berkebutuhan khusus tersebut. Karena aku berpikir, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan.

Banyak kendala yang aku hadapi saat memberikan pelajaran kepada anak-anak tersebut. Setiap kali selesai pembelajaran, aku selalu melakukan evaluasi diri untuk setiap kegiatan yang aku lakukan. Keberhasilan pelajaran yang aku berikan, dapat dilihat dari perubahan tingkah laku anak tersebut. Waktu terus berjalan, tapi perubahan pada anak-anak tersebut tidak begitu terlihat. Aku jadi stress sendiri. Jujur, ketidak berhasilan yang ku hadapi, memberikan beban mental tersendiri. Sampai akhirnya aku mengundurkan diri dari pekerjaanku. Karena tidak berkontribusi lebih terhadap kemajuan Yayasan.

Hari-hari yang membosankan kembali ku jalani. Menjadi seorang pengangguran memang sangat membosankan. Aku masih berusaha untuk menemukan informasi lowongan pekerjaan dari berbagai media. Sampai kemudian, aku mendapatkan informasi dari senior, mengenai lowongan guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Aku meminta alamat sekolah tersebut dan langsung menulis surat lamaran pekerjaan. Tanpa membuang-buang waktu, keesokan harinya, aku langsung mengantarkan lamaran pekerjaan ke sekolah tersebut. Selang sepekan, aku di panggil untuk mengikutiTblogeaching. Alhamdulillah, aku dapat mengaplikasikan ilmu yang aku miliki di sekolah tersebut sampai saat ini.

Menjalani hari-hari menjadi seorang guru tidak selamanya berjalan mulus. Tentu saja banyak kendala selama proses pembelajaran. Ditambah lagi, ini adalah kali pertama aku mengaplikasikan ilmu di Sekolah Dasar. Sebelumnya, ketika mengikuti praktek mengajar, aku mengaplikasikan ilmu di Madrasah Aliyah. Tentu saja, aku tidak begitu banyak mengalami kesulitan. Karena siswa-siswa di madrasah berada pada fase remaja awal. Mengajar di Sekolah Dasar, aku merasa agak sedikit terabaikan. Karena Bahasa Inggris di Sekolah Dasar di anggap remeh. Mungkin lantaran hanya merupakan pelajaran muatan lokal.

Meskipun demikian, aku tetap berusaha sebaik mungkin untuk memberikan pengajaran kepada siswa untuk dapat memahami Bahasa Inggris. Mudah-mudahan, aku bisa memberikan kontribusi lebih kepada siswa-siswaku untuk memahami pelajaran Bahasa Inggris. Sehingga, kelak mereka semua dapat menjadi sosok yang berdaya saing tinggi berkat bekal keahlian dan pengetahuan Bahasa Inggris yang mereka dapat selama ini. (Fitri Rahmadhani/Peserta School of Master Teacher Dompet Dhuafa Singgalang)